Patuk Jajar: Permata Tersembunyi di Atap Nganjuk yang Menjaga Alam dan Warisan Leluhur
Sedudoshare - Sawahan, Nganjuk – Di ujung barat Kabupaten Nganjuk, ketika aspal mulai berubah jadi jalanan berbatu dan udara terasa lebih segar, kamu akan tiba di sebuah dusun yang seolah terpelihara oleh waktu: Dusun Patuk Jajar, Desa Margopatut, Kecamatan Sawahan. Di sinilah cerita tentang ketenangan, kearifan lokal, dan alam yang belum tersentuh modernisasi berjalan beriringan.
Dusun yang Berdiri di Punggung Gunung
Secara geografis, Patuk Jajar berdiri di lereng Pegunungan Wilis — sebuah kawasan hutan lindung yang menjadi sumber mata air bagi banyak sungai di Jawa Timur. Letaknya yang tinggi menjadikan dusun ini bagaikan balkon alami, dari mana kamu bisa melihat hamparan hijau Nganjuk dan siluet gunung-gunung tetangga saat cuaca cerah.
Warga setempat meyakini, nama "Patuk Jajar" berasal dari formasi tanah yang membentang sejajar di sisi tebing, tempat awal mula warga membuka lahan dan bermukim. Kini, rumah-rumah warga tersusun rapi mengikuti kontur bukit, menciptakan lanskap khas pedesaan pegunungan yang memikat.
Warga yang Menanam, Menjaga, dan Menjamu
Mayoritas penduduk Patuk Jajar adalah petani. Mereka menanam padi, jagung, kopi, dan singkong. Tapi yang paling istimewa adalah kopi lereng Wilis — kopi lokal yang tumbuh tanpa pestisida, disangrai secara tradisional, dan memiliki aroma floral dengan sentuhan earthy.
Tak hanya itu, warga di sini juga menjaga ekosistem alam dengan sistem tanam tumpang sari dan tidak menebang pohon secara sembarangan. Mereka tahu, apa yang mereka jaga hari ini akan jadi warisan untuk anak cucu nanti.
Dan jangan heran kalau kamu datang ke dusun ini lalu disambut seperti keluarga. Di Patuk Jajar, budaya saling sapa, suguhan kopi, dan cerita turun-temurun adalah bagian dari kehidupan sehari-hari.
Cerita Mistis dan Jejak Leluhur
Seperti banyak desa tua di tanah Jawa, Patuk Jajar juga memiliki cerita mistis yang menjadi bagian dari identitas dusun. Salah satu tempat yang dikeramatkan adalah Sendang Kalitapen, sebuah mata air yang diyakini tidak pernah kering walau musim kemarau melanda.
Warga percaya sendang ini dijaga oleh makhluk gaib baik dan kerap dijadikan tempat berdoa saat musim tanam. Di bulan Suro, beberapa warga masih menjalankan ritual tumpengan dan doa bersama sebagai bentuk permohonan keselamatan.
Masa Depan: Antara Tradisi dan Transformasi
Potensi Patuk Jajar sangat besar jika dikembangkan menjadi desa wisata berbasis alam dan budaya. Lokasinya strategis — hanya sekitar 40 menit dari pusat Nganjuk, dan bisa diakses lewat jalur utama Selingkar Wilis. Dengan pendekatan yang ramah lingkungan, dusun ini bisa menawarkan:
-
Wisata trekking & susur hutan
-
Eduwisata kopi dan tanaman herbal
-
Penginapan model homestay dengan gaya pedesaan otentik
-
Workshop budaya: gamelan, anyaman bambu, atau pembuatan jenang tradisional
Namun tentu saja, pengembangan ini harus memperhatikan keberlanjutan dan tidak mengganggu keharmonisan alam yang telah lama dijaga oleh warga.
Kesimpulan
Patuk Jajar bukan hanya sebuah dusun — ia adalah napas dari bumi Nganjuk yang masih murni. Di sana, kamu akan menemukan bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari kemewahan, tapi dari kesederhanaan yang dijalani dengan cinta, kebersamaan, dan rasa syukur yang tulus.
Jika kamu mencari tempat untuk menyepi, belajar dari alam, atau sekadar ingin tahu seperti apa kehidupan desa yang damai, Patuk Jajar akan menyambutmu dengan tangan terbuka.
2025 Nganjuk Tourism | Artikel ini dibuat oleh Rahmad Widodo untuk keperluan publikasi lokal.
Tidak ada komentar