Breaking News

Tombak Kanjeng Kyai Wulandari: Warisan Sakral untuk Persinas ASAD dari Padepokan Satriotomo Ngayogyakarta Hadiningrat

Tombak Kanjeng Kyai Wulandari
gb.ilustrasi

Dalam jagad budaya dan pencak silat Indonesia, simbol-simbol pusaka memiliki makna mendalam, bukan hanya sebagai benda warisan, namun juga sebagai titipan nilai, amanah sejarah, dan kekuatan spiritual. Salah satu pusaka yang kini mengemban peran itu adalah Tombak Kanjeng Kyai Wulandari, sebuah tombak sakral yang telah diserahkan secara resmi kepada Persinas ASAD dari tangan Mas Suryo, tokoh utama Padepokan Satriotomo Ngayogyakarta Hadiningrat.

Makna Filosofis Tombak Kanjeng Kyai Wulandari

Tombak ini bukan sembarang senjata. Nama Kanjeng Kyai Wulandari menyiratkan wibawa, kehalusan, dan cahaya batin. “Wulandari” dalam bahasa Jawa bisa dimaknai sebagai rembulan yang bersinar lembut namun kuat, menggambarkan karakter ksatria sejati: tenang, terang, dan tajam saat diperlukan.

Tombak ini dipercaya membawa nilai:

  • Keteguhan dalam perjuangan, sebagaimana tajamnya ujung tombak.

  • Keseimbangan antara jasmani dan rohani, sebagaimana wibawa seorang pendekar.

  • Kesetiaan kepada nilai-nilai luhur budaya bangsa, sebagaimana diajarkan dalam perguruan pencak silat tradisional.

Penyerahan kepada Persinas ASAD

Penyerahan pusaka ini menjadi momentum bersejarah. Persinas ASAD, sebagai organisasi pencak silat yang mengusung nilai keilmuan, kebangsaan, dan spiritualitas, dipercaya untuk menjaga dan merawat tombak tersebut sebagai simbol semangat juang dan nilai luhur silat Nusantara.

Mas Suryo, tokoh dari Padepokan Satriotomo, menyampaikan bahwa penyerahan tombak ini bukan hanya seremonial, melainkan bentuk ijazah budaya dan spiritual transfer kepada generasi muda silatwan ASAD agar senantiasa:

  • Menjaga marwah dan etika dalam silat,

  • Menghidupkan nilai adiluhung dalam laku sehari-hari,

  • Menjadi penerus budaya yang bukan sekadar mewarisi, tapi menghidupkan kembali.

Padepokan Satriotomo: Pelestari Nilai Jawa yang Berkelas

Padepokan ini dikenal sebagai pusat laku spiritual dan budaya di wilayah Ngayogyakarta Hadiningrat, dengan prinsip utama “ngudi kawicaksanan lan nglakoni kebecikan” (mencari kebijaksanaan dan meniti kebaikan). Di sinilah Tombak Kyai Wulandari dirawat sebelum akhirnya diteruskan pada Persinas ASAD.

Simbol Persatuan dan Kejayaan Silat Nusantara

Tombak ini kini menjadi simbol semangat:

  • Kesatuan antara ilmu dan amal, antara teknik silat dan adab silat.

  • Perpaduan antara kekuatan dan kelembutan, antara kanuragan dan kasepuhan.

  • Pengabdian kepada bangsa, melalui jalur kebudayaan dan bela diri.

Penutup

Tombak Kanjeng Kyai Wulandari kini bukan lagi sekadar pusaka, tapi amanah. Amanah untuk menjaga marwah pencak silat sebagai jati diri bangsa. Dan melalui tangan-tangan pendekar muda Persinas ASAD, di bawah semangat warisan dari Padepokan Satriotomo, cahaya Wulandari akan terus bersinar—menjadi pelita di tengah tantangan zaman.

Tidak ada komentar