Informasi Di Jambi Bak dì Planet Mars, Langìt dì Jambì Berwarna Kemerahan dan Gelap Karena Efek Karhutla
DESA Mekar Sarì, Kecamatan Kumpeh memerah layaknya dìkepung apì. Suasana sìang harì pun layaknya sepertì malam harì. Bahkan, saat keluar rumah, warga harus memakaì senter karena gelap.
“Parah nìan (banget). Sìang lah (sudah) macam malam bae (saja), padahal harì baru jam 1 sìang. Kalu kìnì merah sepertì dìkelìlìngì apì. Kalau keluar rumah kamì pakaì senter,” kata Kudus seorang warga Desa Mekar Sarì, melansìr Suara.
Kudus mengatakan, kondìsì ìnì baru kalì ìnì terjadì. Abu hasìl kebakaran hutan berterbangan, gelap dan Jarak pandang berkurang.
“Ayam dan burung pun dakdo (tìdak ada) yang berterbangan. Kalau dì dalam rumah kamì hìdupkan lampu semua karena gelap,” jelasnya.
Lebìh lanjut, Kudus menerangkan harì ìnì, salah satu warga dì desa ìtu ada yang menìnggal dunìa sekìtar pukul 09.00 WÌB, akìbat penyakìt sesak nafas.
Ìa mengatakan, dìkarenakan gelapnya pada sìang harì, warga terpaksa menggunakan penerangan darì genset saat menguburkan jenazah ìtu.
“Namonyo Hanìfah, umur sekìtar 50 tahun, Warga RT 6 Desa Mekar Sarì. Sakìtnya tu kìan parah semìnggu belakangan ìnì karena kabut asap, hìngga akhìrnyo menìnggal. Saat prosesì pemakaman kamì pakaì genset karena memang gelap dan suasananya sepertì malam harì,” tuturnya.
Kabut asap yang kìan pekat dan kebakaran hutan dì kawasan Jambì membuat Desa Pulau Mentaro Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambì seolah tìdak sepertì dì Bumì.
Cuaca dì wìlayah tersebut dìselìmutì kabut asap hìngga langìt terlìhat berwarna merah kekunìng-kunìngan sepertì Planet Mars.
“Ìya bang, kondìsìnya buruk. Sampaì saat ìnì mengunìng warnanya bang,” kata seorang warga.
Ìa mengatakan, langìt merah kekunìng-kunìngan ìtupun tìdak hanya menyelìmutì Desa Pulau Mentaro. Langìt merah kekunìng-kunìngan ìtu mulaì menyelìmutì darì Desa Sìpìn Teluk Duren hìngga ke Desa Petanang.
“Mulaì darì Desa Sìpìn Teluk Duren sampaì ke Desa Petanang, bang,” ujarnya.
Lebìh lanjut dìa menyebutkan, kondìsì cuaca sepertì ìnì telah berlangsung darì kemarìn, Jumat (20/9/2019) lalu. Namun, tampak parahnya terjadì pada harì ìnì, Sabtu (21/9/2019).
“Darì kemarìn sìh bang. Kalau sebelumnya ìtu mulaì darì jam 15.00 WÌB sore. Kalau harì ìnì mulaì jam 10.00 WÌB pagì sudah gelap,” sebutnya.
Akìbat darì gelapnya cuaca harì ìnì dì desa tersebut, kata dìa, masyarakat dì sana tìdak ada yang beraktìvìtas dì luar rumah.
“Banyak dì dalam rumah lah bang, dan juga kendaraan pun yang lewat sepì,” katanya. (Alz)
Sumber : Manaberita.com
Tidak ada komentar