Breaking News

Renovasi Ka'bah Dan Peletakan Hajar Aswad Oleh Utusan Allah

Tinggi pintu Ka'bah 2 meter, Tinggi Ka'bah 15 hasta, 6 tiang, panjang sisi Hajar Aswad 12 meter, panjang sisi yang ada pintunya 10 meterKetika Rasulullah SAW berusia 35 tahun, orang-orang Quraisy berkumpul dan bersepakat untuk meninggikan tembok Ka'bah dan memberinya atap. Saat itu tembok Ka'bah hanya berupa tumpukan-tumpukan batu kurang lebih setinggi badan manusia dan tidak beratap. Gagasan ini timbul karena ada beberapa orang yang telah mencuri harta simpanan Ka'bah yang berada di dalam sumur bagian dalam Ka'bah. Disamping itu, banjir yang sangat deras (bandang) telah melanda kawasan mekkah dan meluap sampai kawasan Baitul Harom. Hampir saja seluruh bangunan Ka'bah longsor gara-gara banjir tersebut. Karena itulah orang-orang Quraisy terpaksa harus memperbaharui bangunan Ka'bah agar tidak bergeser atau pindah dari tempat semula atau asalnya, dan mereka sepakat untuk tidak membiyayai pembangunan Ka'bah kecuali dengan harta-harta yang baik (halal). Mereka menolak sumbangan yang berasal dari ongkos pelacur, hasil jual beli riba, maupun harta-harta yang didapat dari hasil menganiaya seperti mencuri dan lain-lain.

Ketika mereka hendak merobohkan Ka'bah, tiba-tiba ada seekor ular keluar dari sumur tempat penyimpanan harta yang dihadiahkan untuk Ka'bah. Setiap hari ular tersebut merambat di tembok Ka'bah. Tidak seorangpun yang berani mendekatinya dan mereka menjadi takut untuk membongkar Ka'bah. Suatu hari ketika ular tersebut merambat di tembok Ka'bah, Allah mengutus seekor burung yang menyambar dan membawanya pergi. Orang-orang Quraisy berkata, "Mudah-mudahan ini sebagai tanda Alah meridloi niat kita."

Sebelum itu, mereka telah berusaha mencari orang yang ahli dalam membangun bangunan batu, karena di Mekkah saat itu tidak dijumpai orang yang mempunyai keahlian tersebut. Umumnya bangunan-bangunan di Mekkah dibuat dari tanah dan batu bata. Kemudian Allah memberikan kemudahan dengan datangnya seorang pekerja Qibthy dari Mesir yang ahli dalam urusan bangunan-bangunan dari batu. Mereka belum bisa membangun karena ada permasalahan baru yaitu tidak memiliki kayu yang  dapat digunakan untuk atap Ka'bah. Dalam keadaan mereka mencari dan membutuhkan kayu, tiba-tiba ada berita bahwa ada sebuah perahu milik seorang pedagang dari Rum tenggelam di laut dekat kota Jeddah. Kayu-kayunya pecah dan terdampar di pesisir pantai (ada yang meriwayatkan bahwa perahu tersebut memang berisi muatan kayu). Akhirnya kayu-kayu tersebut diambil dan dipersiapkan untuk atap Ka'bah. Lengkaplah apa yang mereka perlukan baik biaya, maupun kayu-kayu untuk atap Ka'bah. Kemudian mereka mulai membagi tugas membongkar dan membangun bagian dari Ka'bah yang telah ditentukan untuk mereka. Mereka juga mempersiapkan batu-batu yang dipersiapkan untuk tempat mereka sendiri. Tembok yang terdapat pintu Ka'bah diserahkan kepada Bani Abdi manaf dan Bani Zuhrah, tembok antara Hajar Aswad dan Rukun Yaman diserahkan kepada bani Makhzum dan golongan Quroisy yang lain, tembok belakang Ka'bah arah kebalikan pintu Ka'bah diserahkan kepada Bani Jumah dan Bani Sahm, dan sedang tombok Hijr Ismail dan sekitarnya diserahkan kepada Bani Asad bin Abdil Uzza dan Bani 'Aidy.

Walaupun segala sesuatunya sudah siap, mereka tetap masih merasa takut untuk memulai merobohkan Baitullah, namu akhirnya Walid bin Mughirah berkata, "Aku yang akan memulai merobohkannya ." Dia mengambil cangkul dan mulai membongkarnya sambil berdoa, "Ya, Allah kami tidak menyimpang dari kebenaran,kami tidak menginginkan kecuali kebenaran".  Pembongkaran dimulai dari kawasan Hajar Aswad dan Rukun Yaman. Sedangkan orang-orang selain Walid bin Mughiroh belum ikut membongkar. Pada malam itu orang-orang sedang menunggu apa yang akan terjadi untuk Walid, mereka berkata, "Jika Walid tertimpa pada suatu peringatan atau adzab dari Allah kita tidak akan membongkar Baitullah sedikitpun dan akan mengembalikanya seperti sedia kala." Tapi sampai pagi hari, Walid tidak tertimpa apa-apa, maka mereka meneruskan pembongkaran Baitullah diikuti dengan yang lain.

Mereka membongkar Baitullah sampai pondasi Ibrahim yaitu pondasi Ka'bah yang di bangun Nabi Ibrahim. Pondasi tersebut berupa bebatuan yang berwarna hijau agak kehitam-hitaman, bentuknya tajam-tajam seperti ujung tombak yang tajam, antara satu dengan yang lain saling mengkait (bergandeng). Sebagian mereka mencoba memasukkan pungkit besi ke dalam celah antara dua batu untuk menjebol atau mengangkat salah satunya. Ketika batu tersebut digerakkan maka terjadilah  gonjangan diseluruh kawasan Makkah, akhirnya mereka menghentikan pembongkaran hingga pondasi tersebut.

Pembangunan terus berjalan, dan setelah sampai pada bagian Hajar Aswad, mereka berselisih/bertengkar karena setiap kabilah bersikeras ingin meletakkan Hajar Aswad di tempatnya. Perselisihan tersebut meruncing dan menjurus pada peperangan, mereka pun bersiap-siap untuk berperang memperebutkan kehormatan meletakkan hajar Aswad di tempatnya. Kondisi tersebut berjalan antara 4 sampai 5 hari tanpa adanya suatu keputusan. Namun akhirnya masalah tersebut dapat diselesaikan dengan jalan tahkim yaitu menyerahkan keputusan kepada yang mereka sepakati. Demikian ini atas usulan Abu Umayyah bin Mughiroh orang Quroisy yang paling tua saat itu. Dia berkata, "Serahkanlah keputusan ini kepada orang yang paling pertamanya masuk masjidil Haram lewat pintu Babussalam ini." Mereka pun setuju atas usulan ini maka dengan kehendak Allah, pertama kalinya orang yang masuk lewat itu dalah Rasulallah SAW, ketika mereka melihat bahwa yang masuk adalah Rasulallah SAW, mereka berkata, "Ini Muhammad, Inilah oarang yang terpercaya (Al-Amin) kami ridlo dengannya untuk menentukan keputusan".

Setelah mereka menyampaikan hal tersebut kepada Rasulallah SAW, Maka beliau minta sehelai kain lalu beliau meletakkan Hajar Aswad di atasnya dan meminta para pemuka setiap kabilah untuk memegang ujung-ujung kain atau selendang dan mengangkatnya secara bersamaan. Setelah mendekati tempatnya, beliau mengambil Hajar Aswad dengan tangannya sendiri dan meletakkan ke tempat semula kurang lebih satu setengah meter dari permukaan tanah. Dengan cara inilah pertikaian yang hampir menimbulkan peperangan tersebut menjadi reda, aman dan tentram kembali.

Tidak ada komentar