Beberapa cara Menghadapi Masalah, Menghindari Stress
Seorang pemuda sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai, air mukanya ruwet. Pikirannya tidak bisa membayangkan jalan keluar masalah yang dihadapi, seakan-akan pikirannya mentok merasakan berat masalahnya. Tampak sekali bahwa dia sagat tidak bahagia. Ia mendatangi orang tua yang dikenal bijak di daerah itu dan menceritakan semua masalahnya, Pak Tua mendengarkannya secara saksama.
Setelah curahan hati pemuda itu selesai, dengan tenang Pak Tua mengambil segenggam garam dan meminta tamunya itu untuk mengambilkan segelas air putih. Ditaburkannya segenggam garam itu ke dalam segelas air putih, lalu diaduk perlahan sampai semua garam larut. “Coba, minumlah air ini dan katakana bagaimana rasanya” ujar Pak Tua itu.
“Pahit, pahit sekali” Jawab pemuda sambil meludah ke samping. Pak Tua tersenyum. Lalu mengajak pemuda itu untuk berjalan ke tepi telaga yang tenang. Pak Tua itu mengambil lagi segenggam garam dan menaburkannya ke dalam telaga itu. Mengaduk-aduk dan tercipta riak air mengusik ketenangan telaga itu. Kemudian Pak Tua berkata”Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah”
Saat pemuda itu selesai meneguk habis air dari telaga itu, Pak Tua berkata “Bagaimana rasanya?” “Segar sekali” sahut pemuda itu tenang. “Apakah kamu merasakan garam dalam air?” “Tidak” Sahut anak muda itu.
Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung anak muda itu lalu mengajaknya duduk berhadapan di samping talaga. “Anak muda dengarlah, cobaan kehidupan sebenarnya akan datang silih berganti mirip segenggam garam. Jumlah rasa asin dan pahitnya sama. Tapi yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Hatimu, persaanmu, kalbumu, pikiranmu adalah wadah tempat kamu menampung segalanya. Jangan jadikan pikiran dan hatimu sekecil gelas, buatlah pikiran dan hatimu seluas telaga, mirip luasnya hati seorang ibu. Hati seorang ibu mampu meredam setiap tangisan, rengekan dan kenakalan anak-anaknya dan mengubahnya menjadi keceriaan dan kebahagiaan. Air sungai yang meluap ganas, mengamuk dan menghancurkan apa saja yang menghalanginya, namun di ujungnya, air sungai akan mengalir manis, karena keluasan laut akan menenangkannya.
“Saya punya secarik kertas kumal ini, nanti di rumah kamu baca dengan tenang dan resapkan dalam pikiran dan hatimu” Si anak muda mengangguk-angguk, di rumah dibacanya dengan hati-hati kertas dari Pak Tua itu.
- Abaikan saja orang-orang yang membencimu. Waktumu dinanti oleh mereka yang mencintaimu. Jangan sampai ruang hatimu penuh sesak dengan rasa iri dan benci. Hingga hampir-hampir tak menyisakan ruang untuk yang dicintai.
- Untuk apa memendam kekesalan? Kita menderita dia tertawa. Kita sengsara, dia ceria.
- Membiasakanlah yang benar, bukan membenarkan yang biasa. Banyak orang yang menginginkan namun jarang yang mau memulainya. Banyak orang yang menginginkan surga namun masih nyaman dengan berbuat dosa.
- Orang-orang yang nggak pede dengan isi kepalanya, biasanya mengandalkan penampakan luarnya.
- Dekatkan dirimu kepada Alloh, banyaklah berdoa, memohon kepadaNya menyertai setiap usaha dan upayamu, “pasti” Alloh mengabulkannya.
Tidak ada komentar