Komentar Ulama Lain Tentang Ajaran LDII
Sedudoshare - Setelah rombongan ulama Medan melihat langung aktivitas warga LDII di Ponpes Wali Barokah Kediri dan Ponpes Gadingmangu Jombang, ulama Medan memberikan komentarnya, termasuk tanggapan KH Drs Anwar Iskandar (Gus War) seorang ulama kharismatik dan Penasihat MUI Kediri serta mantan anggota DPR/MPR-RI.
Dia mengatakan, di Kediri pernah terjadi seperti daerah-daerah lain bahwa LDII eksklusif, bahkan dituduh sebagai satu aliran sesat.
Namun, lanjutnya, setelah LDII melakukan perubahan dalam segala hal. Seperti dari eksklusif menjadi terbuka. Apalagi, sekarang LDII sudah menerapkan manajemen kolektivitas, terbuka, modern serta dalam keyakinan dan ajaran beragama, maka tidak ada masalah lagi. Sehingga, sekarang ini tidak ada alasan LDII harus berakhir di tempat. Sementara tejadinya perbedaan dalam “fur’iyyah” tidak perlu dipertentangkan, karena dalam akidah tetap sama.
“Jadi, di Kediri warga LDII dengan masyarakat, termasuk Ormas Islam lainnya tidak ada masalah. Begitu juga dengan ‘pel-pel-an’ sudah tidak ada lagi di LDII,” katanya.
Menurutnya, persoalannya sekarang, kenapa ini bisa terjadi dan pemahaman umat Islam terhadap LDII separah itu. Padahal, yang terjadi hanya sebatas “fur’iyyah” yang sebenarnya membawa rahmah jika manajemennya bagus.
Dalam ini, katanya, tokoh-tokoh Islam di Kediri berpikir, ada apa ini. Ternyata, ini ada semacam desain pihak-pihak di luar Islam yang tidak pernah berhenti ingin memporak-porandakan Islam. Apalagi, ada pernyataan tokoh CIA yang menegaskan, setelah hancur dan runtuhnya kekuatan Uni Sovyet/Rusia, maka Islam yang akan dihadapi.
Hal ini membuat kita menjadi sadar ada kekuatan yang kita tidak bisa melihat dan pengetahuan tidak menjangkau. Ini sudah disebutkan dalam Alquran dengan berbagai cara pihak kafir ingin mengancurkan Islam dari berbagai sendi kehidupan.
Hal ini membuat kita menjadi sadar ada kekuatan yang kita tidak bisa melihat dan pengetahuan tidak menjangkau. Ini sudah disebutkan dalam Alquran dengan berbagai cara pihak kafir ingin mengancurkan Islam dari berbagai sendi kehidupan.
“Jadi, kita tidak perlu saling bersitegang dalam mempersoalkan saudara kita sendiri, seperti menuduh LDII sesat-menyesatkan,” katanya seraya menambahkan, saat ini masih banyak tugas umat Islam.
Yakni, bagaimana memberantas kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, kemaksiatan dan lain-lain.
Yakni, bagaimana memberantas kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, kemaksiatan dan lain-lain.
Sementara itu, Ketua Komisi Dakwah dan Luar Negeri MUI Medan KH Zulfiqar Hajar mengatakan, mereka bukanlah orang LDII, tetapi perjalanan ini sebagai “Muhibbah Tabayyun” tentang LDII di Kediri dan Jombang.
KH. Zulfiqar Dengan Pengurus DPW LDII Jatim |
Menurutnya, apa yang dikatakan KH Anwar Iskandar sama dengan pandangannya tentang keberadaan LDII. Dulu, LDII sempat dilempari masyarakat.Tetapi, setelah warga LDII bisa membaur, melakukan perubahan-perubahan dan memperkenalkan diri kepada umat dan tidak eksklusif, akhirnya mereka dapat diterima di masyarakat. Bahkan, LDII siap menjadi benteng ajaran Islam.
Dia mengingatkan umat Islam, baik secara pribadi maupun melalui Ormas Islam agar mari melakukan “tabayyun”. Sehingga, kita tidak lagi “qiila wa qaala” (kata si polan), tetapi langsung “cek dan ricek” ke tempatnya. Sekarang ini lebih banyak “qiila wa qaala”.
“Kalau ‘qiila wa qaala’ termasuk dilarang dalam Islam. Kita harus “tabayyun”. Ini sebagaimana ditegaskan Allah dalam Alquran Surah Al-Hujurat ayat 6 yang maknanya:’Jika kamu mendapat berita/informasi dari orang fasik, maka hendaklah”tabayyun” (cek dan ricek, teliti dan langsung melihat ke lapangan)”. Jangan muncul dari ucapan seseorang tokoh menjadi fitnah. Tetapi, dia harus melihat langsung ke lapangan,” tegasnya.
KH Zulfiqar Hajar yang juga Pimpinan Majlis Ta’lim Jabal Noor Medan mengatakan lagi, kata pepatah Arab yang artinya:”Dilukai oleh gigi ada obatnya, tetapi dilukai oleh lidah susah dapat obatnya”. Pepatah ini harus direnungkan umat Islam.
KH Amiruddin MS mengatakan, setelah dia bersama rombongan langsung melihat pusat pendidikan LDII di Ponpes Wali Barokah Kediri dan Ponpes Gadingmangu Jombang, termasuk ke DPW LDII Jatim di Surabaya, ternyata komunitas LDII tetap berpegang teguh kepada Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW, baik dalam akidah, syariah, muamalah maupun akhlakulkarimah.
Hal yang sangat terasa dan tidak dilakukan komunitas umat Islam lainnya, sambungnya, bagaimana mereka memperlakukan tamu sebagai dikemukakan Rasulullah SAW :”Siapa-siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah muliakan tamu”. Artinya, memuliakan tamu sama dengan memuliakan saudaranya.
“Ini terpancar dari wajah yang ikhlas dan hati yang suci. Menyangkut beramal dan beribadah, mereka benar-benar mengamalkan Hadits Rasulullah yang menyebutkan:”Sebaik-baik shalat, dilaksanakan pada awal waktu”. Mereka menunggu waktu shalat.
Bahkan, dalam menunggu waktu shalat, mereka membaca Alquran, bertasbih dan berzikir. Dalam bermuamalah, mereka menerapkan ekonomi Islam. Artinya, dalam segala kebutuhan ada diproduk sesama muslim. Dalam akhlakulkarimah tampak sikap mereka tamah-tamah dan santun,”kata KH Amiruddin MS.
Bahkan, dalam menunggu waktu shalat, mereka membaca Alquran, bertasbih dan berzikir. Dalam bermuamalah, mereka menerapkan ekonomi Islam. Artinya, dalam segala kebutuhan ada diproduk sesama muslim. Dalam akhlakulkarimah tampak sikap mereka tamah-tamah dan santun,”kata KH Amiruddin MS.
Menurutnya, ada 5 hal yang dirasakannya menonjol dari LDII. Yakni, mereka disiplin, kompak, siap menolong, senantiasa menunjukkan wajah yang ikhlas dan menganggap semua itu bagi mereka sebagai amal shalih.
“Jadi, fakta ini kami temukan di komunitas mereka, baik di markas mereka maupun dalam perilaku. Karena, mereka bersahabat dengan kita. Karena itu, wajar kalau kita sebut mereka komunitas muslim yang pantas menjadi teladan, karena mengamalkan ajaran Islam dengan sesungguhnya. Bagi kita setidaknya dapat mengapresiasi dan kalau bisa menyamai mereka. Kalau tidak menandingi, tetapi jangan pernah mengatakan mereka itu sesat,” jelasnya.
Begitu juga komentar Drs H Amhar Nasution MA yang mengatakan, selama ini LDII dianggap eksklusif. Maka, dengan “tabayyun” ini kita terobos 3 hal.
Pertama, ujarnya, mereka (LDII, red) sudah bisa bersama kita shalat berjamaah. Yakni, kita bisa menjadi imam atau mereka menjadi imam. Kedua, kita bisa diterima mereka untuk memberikan taushiyah.
Sedangkan ketiga, kita bisa melihat langsung buku-buku rujukan di perpustakaan mereka, teknik belajar dan metode mengajar yang semuanya berorientasi kepada Alquran dan Hadits. Sehingga, dapat disimpulkan warga LDII tidak eksklusif.
Sedangkan ketiga, kita bisa melihat langsung buku-buku rujukan di perpustakaan mereka, teknik belajar dan metode mengajar yang semuanya berorientasi kepada Alquran dan Hadits. Sehingga, dapat disimpulkan warga LDII tidak eksklusif.
“Kita ingin terapkan kepada masyarakat tentang paradigma baru LDII yang melakuman revitalisme secara baik dan pembaruan sudah ada. Mereka juga bisa bersilaturahmi kepada kita, sehingga tidak ada lagi celah-celah kita anggap eksklusif,” kata H Amhar Nasution yang juga dosen Fakultas Kedokteran USU.
Dia berharap, melalui “tabayyun” ini, ada nuansas yang kita peroleh. Sehingga, sebagai ‘corong’ MUI Medan, tokoh masyarakat sekaligus penceramah bisa memberikan satu garansi bahwa LDII tidak eksklusif.
Dengan paradigma baru, LDII membangun kepercayaan, imej yang baik, tetap berorientasi kepada “Kutubussittah” (kitab-kitab Hadits 6 yang masyhur), berpegang teguh kepada Alquran dan Hadits serta tidak ada menambahi maupun mengurangi rukun iman dan rukun Islam. Ternyata, mereka berorientasi kepada Ahli Sunnah wal Jamaah.
Dengan paradigma baru, LDII membangun kepercayaan, imej yang baik, tetap berorientasi kepada “Kutubussittah” (kitab-kitab Hadits 6 yang masyhur), berpegang teguh kepada Alquran dan Hadits serta tidak ada menambahi maupun mengurangi rukun iman dan rukun Islam. Ternyata, mereka berorientasi kepada Ahli Sunnah wal Jamaah.
Tidak ada komentar