Benarkah Besi “Diturunkan” dari Langit? | T. Djamaluddin
Besi murni (sumber gambar Wikipedia)
Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil. Dan Kami menciptakan (“menurunkan”) besi yang mempunyai kekuatan, hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat, Mahaperkasa. (QS Al-Hadid:25)
Dalam mengintegrasikan sains dan Alquran harus disadari perbedaan sifatnya. Alquran bersifat mutlak benarnya dan tidak akan berubah. Sedangkan sains terus berubah, dengan kebenaran yang relatif, bergantung data/model dan interpretasi atas data/model ilmiah yang ada. Jadi, Alquran tidak bisa disandingkan secara langsung dengan sains. Lalu bagaimana mengintegrasikannya? Gunakan tafsir yang sifatnya sama-sama relatif kebenarannya. Bergantung masa dan wawasan penafsirnya. Alquran ada tafsirnya. Sains pun ada tafsirnya. Tafsir Alquran bisa saja salah, demikian juga tafsir sains. Walau Alqurannya pasti benarnya. Jadi jangan terlalu terpaku pada salah satu tafsir.
Contoh, tentang besi. Alquran dalam QS Al-Hadid: 25 menyebut “anzala” untuk besi yang secara harfiah sering dimaknai “menurunkan”. Sehingga ada yang berpendapat bahwa berdasarkan QS 57: 25 tersebut dimaknai besi itu diturunkan dari langit berupa meteorit besi. Tetapi sesungguh makna “anzala” bukan sekadar “menurunkan”. Dalam bahasa Inggris “anzala” sering diterjemahkan juga dengan “reveal”, “memunculkan”, atau “mengungkapkan” dari yang tersembunyi menjadi tampak. Seperti halnya Alquran “diturunkan” bukan dalam makna fisis “turun” secara fisik dari ketinggian, tetapi dalam makna “diungkapkan”. Walau bisa juga dimaknai Alquran diturunkan secara kiasan.
Sains astronomi menyatakan materi asal bumi sama dengan materi asal matahari dan planet-planet. Di dalam kandungan materi asal matahari dan planet-planet sudah terdapat besi. Itu tafsir atas model sains tentang asal-usul tata surya. Jadi, secara sains diketahui sesungguhnya besi sudah ada di bumi sejak penciptaan tatasurya: matahari, planet-planet, asteroid, dan anggota tatasurya lainnya. Sedangkan meteorit besi hanya sebagian kecil dari kandungan besi di tatasurya, jauh lebih kecil dari kandungan besi di perut bumi.
Lalu bagaimana mengintegrasikan tafsirnya? Tafsir Kementerian Agama menggunakan ungkapan “Kami menciptakan besi”. Tetapi akan lebih tepat kalau “anzala” dimaknai “memunculkan”. Jadi disarankan tafsirnya menjadi, “Kami memunculkan besi …”. Besi yang terkandung dalam materi asal bumi “muncul” ke permukaan bumi dalam bentuk bijih besi setelah diolah di perut bumi dan dimuntahkan dalam proses letusan gunung bersama material tambang lainnya. Bijih besi itulah yang diolah oleh manusia untuk berbagai kebutuhan.
Source of Writing: T. Djamaluddin | Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, LAPAN | Anggota Tim Tafsir Ilmi, Kementerian Agama RI
Tidak ada komentar