Sering Terkecoh Kuota Melimpah, Kenyataan Sebaliknya
Sedudoshare - Kuota internet itu sudah jadi kebutuhan primer jaman sekarang, budgetnya selalu masuk ke dalam anggaran belanja rutin. Kalau buat saya iya jelas, kuota internet itu penting sekali. Meskipun anggaran belanja kuota internet saya tidak lebih dari 100K.
Saya pakai provider ISP "kuning". Menggunakan paket yang ditawarkan, banyak paket, saya pilih memang mengikuti kebutuhan saya disosial media dan browsing saja. Paket yang saya pilih ini judulnya Unlimited Youtube, IG+10GB, harga yang ditawarkan Rp 100.000,-.
Saya mendapat kuota utama sebanyak 10GB untuk sebulan dan unlimited Youtube dan sosial media (include chatting app, sosmed access). Bulan lalu saya menggunakan paket yang sama, dan disisa 5 hari terakhir sebelum paketan habis dengan sisa kuota 4,5GB saya pakai internet lemotnya minta ampun, sangat amat banget lemot gila sarap sinting! #sakingkesel Padahal kuota utama saya masih ada, tapi pada kenyataannya tidak seperti yang hak kita punya.
Akses sosial media, chatting app semuanya lemot parah. Okelah, di sana pemakaian unlimited berbatas saya sudah melampaui batas yang mereka aturkan. Oke saya terima itu. Tapi ketika saya akses youtube via browsing, kenapa harus lemot juga, toh kan saya masih punya kuota utama? Lalu apakah dibatasi juga.
Saya menarik kesimpulan, semua yang berembel-embel unlimited itu adalah bulsyit, semua akan dibatasi pada waktunya, meskipun jelas kuota utama yang jadi hak kita masih ada. Seharusnya, provider membiarkan kuota utama kita tergerus habis, barulah kita dilemotkan karena tidak ada lagi kuota yang kita miliki. Solusinya ya perpanjang atau beli paket lagi sebelum waktunya habis. Harusnya kan begitu!
Akhirnya, kembali lagi, konsumen selalu terpojok, karena tidak ada pilihan lain. Saya memutuskan beli paket baru sebelum masa paket habis dengan sisa kuota 4,5GB. Untungnya nih, si kuning ini mengakalinya dengan kuota rollover. Soal rollover ini sebenarnya hanya akal-akalan saja sih, it's strategy of bussines.
Jujur saja, memang internet di Indonesia itu masih jauh dari kata oke. Meskipun saat ini sudah 4G lah, tapi saya menilai kualitas 4G kita ini setara dengan kualitas 3G dan 3,5G pada tingkat yang maksimal. Di Indonesia, pemaksimalan kualitas koneksi hanya digunakan ketika presiden melakukan teleconference saja, sisanya ya buat konsumen jelata ala kadarnya saja.
Provider memang di Indonesia tidak hanya satu, ada banyak pilihan. Tapi secara umum cara kerjanya hampir sama, belum lagi pemerataan infrastruktur masing-masing provider tidak merata. Jadi makin sulit lagi pilihan buat konsumen. Mau yang jangkauan merata di seluruh Indonesia, paketannya gak ada yang "bersahabat", kalaupun dipaksakan menggunakan pun layanannya 11-12, tipu-tipu aja, akal-akalan. Kepepet milih yang ekonomis, ujung-ujungnya dibenturkan, bayar murah koq mau kenceng.
Lagi-lagi, konsumen tidak bisa banyak memilih dan terpentok itu lagi, itu lagi. Jadi, kuota melimpah tertulis dalam app pembaca sisa kuota itu hanya angka yang tidak real, kenyataannya tidak seperti itu, kita tidak punya hak pakai atau menghabiskan kuota itu, karena speed semua dibatasi.
Jangan pernah percaya pada iklan-iklan paket para provider ISP, karena semuanya hanya akal-akalan belaka. Kita memang disajikan penawaran internet sekadarnya, yang penting bisa, untuk kualitas mah ya tahu sendiri lah. Selama masih jadi rakyat jelata, terimalah apa yang bisa kita terima. Saat ini bersyukur saja bisa mengakses internet dengan standar cukup, soalnya masih banyak daerah lain yang tidak bisa akses internet dengan bebas memilih provider ISP, kepentok paketan yang mahal.
Saya berharap sih, gak usah lah pakai akal-akalan, realistis saja kalau beriklan. Iklan memang harus persuasif tapi bukan membodohi atau membohongi, okelah kalau tidak suka dengan kata "membodohi", tapi sudahkah lakukan sosialisasi edukasi atas paket yang ditawarkan, plus minusnya. Jika tidak, pada akhirnya ada miss informasi, akhirnya yang muncul adalah persepsi akal-akalan.
Tapi kembali lagi, itulah dunia bisnis, ya memang seperti itu. Kita tidak bisa mengharapkan sesuatu ideal seperti yang kita harapkan. Akan banyak hal yang saling berbenturan di sana.
Inilah realita kehidupan hanya dari sisi tertentu, banyak lagi realita kehidupan yang penuh akal-akalan demi menghindari benturan sana-sini. Jadi, kesimpulannya sekarang ya pasrah saja deh. Konsumen bukanlah raja, karena konsumen hanya terima apa yang ada dijual, konsumen hanya bisa membeli apa yang dijual, dan tidak bisa mengatur apa yang dijual.
Tidak ada komentar