Mata Air Bendan Gajahmungkur jadi Sumber Penghidupan
SELAIN dikenal dengan berdirinya sejumlah PTS, Kawasan Bendanduwur dan Bendanngisor, Kecamatan Gajahmungkur merupakan daerah patahan tanah yang bersifat erosif dan mempunyai porositas tinggi, struktur lapisan batuan yang diskontinyu (tak teratur) dan heterogen. Sehingga mudah bergerak atau longsor.
Patahan itu membujur dari arah utara sampai selatan, di sepanjang Kaligarang yang berbatasan dengan Bukit Gombel bermula dari Ondorante, ke arah utara hingga Bendan Duwur. Akibat dari patahan itu, Kawasan Bendanduwur terdapat beberapa mata air.
Warga Jalan Pawiyatan Luhur, Paijo (65) menuturkan, ketika proyek tol Jatingaleh-Krapyak berlangsung dan melintasi Kawasan Bendanduwur, ia melihat beberapa pekerja mengeruk tanah untuk dibuat pondasi.
''Para pekerja kebingungan, karena air keluar melimpah. Saya pun meminta kepada pekerja membendung air dan membuatkan bak penampung. Air pun saya salurkan ke rumah dan ke beberapa warga,'' kata bapak dua anak dan tiga cucu itu.
Paijo juga menjelaskan, di Kawasan Bendanduwur ada tiga sumber mata air untuk penghidupan warga sekitar. Di sisi kiri terowongan, kanan terowongan dan di atas Kampus III Upgris. Seluruh mata air itu hingga kini terus mengalir dimanfaatkan warga untuk kebutuhan sehari-hari dan tidak pernah surut meski kemarau tiba. Meski memanfaatkan aliran air bersih dari tiga mata air, Paijo maupun warga juga tetap memasang saluran air bersih dari PDAM untuk berjaga-jaga jika sumber mata air menyusut.
''Tapi, sejak dulu, hanya saluran dari sumber yang kami pakai. Saluran dari PDAM tidak pernah kami pakai, hanya membayar abonemen saja,'' ujarnya.
Selain terdapat sumber mata air, dampak dari wilayah patahan, kondisi jalan di Pawiyatan Luhur, baik yang dari Kampus Unisbank maupun dari Sampangan menuju Kampus Unika Soegijapranata, hampir setiap tahun mengalami kerusakan karena bergeser. Menurut keterangan beberapa warga Talangsari, kerusakan jalan tersebut sering memakan korban, terutama pengendara motor. Selain itu, ada pula bus dari arah Kampus Unika tidak kuat menanjak dan terperosok di depan Kampus Untag.
''Biasanya pengendara yang dari arah Sampangan kencang saat menanjak. Mereka tidak tahu kalau jalan ambles ketika turunan. Kan jalan di depan Untag menanjak, lalu tiba-tiba menukik,'' ujar Yudi (40) warga Talangsari, Bendanduwur.
Bahkan. Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Semarang pun sampai kewalahan melakukan perbaikan. Teknologi cor pun tak mampu bertahan lama. Kondisi jalan tetap saja bergelombang dan sering patah. Rencana membuat jalan layang pun hingga kini belum teralisasi. (KS)
Tidak ada komentar