Terowongan Penghubung Tambakrejo dan Terboyo Kulon, Lobang Makin Mengecil, Melintas Harus Menunduk
RODA sepeda yang dikendarai siswa SD menyibak genangan air berwarna hitam di dalam terowongan setinggi kurang dari dua meter. Suaranya pun menggema seperti sabetan pedang. Sambil menundukkan kepala, dengan lincah ia menerobos terowongan tanpa harus menuntun sepedanya. Suara kecipak air pun hilang berganti gemuruh kendaraan yang melintas di Jalan Arteri Yos Sudarso yang berada tepat di atas terowongan.
Beberapa saat kemudian, sambil tergopoh-gopoh, Sumiyati (54) warga Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari menuntun sepedanya yang penuh dengan barang dagangan. Dengan perlahan, ia dorong sepedanya memasuki terowongan sepanjang kuranglebih 20 meter.
Ketika Sumiyati sampai di tengah, seorang ibu yang tengah memboncengkan anaknya pulang sekolah dari arah timur, terpaksa berhenti di pintu terowongan di sisi barat Makam Syeikh Jumadil Kubro. Ia menunggu penjual sayur keliling itu selesai melintasi terowongan penghubung Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari dan Kelurahan Terboyo Kulon, Kecamatan Genuk.
''Kalau dulu, melintas sambil mengayuh sepeda bisa. Tetapi, karena sering tergenang, jalan di dalam terowongan pun ditinggikan. Akibatnya, lobang terowongan pun semakin mengecil. Sehingga, harus menunduk ketika melintasi terowongan ini,'' tutur Sumiyati, Senin (12/1) siang.
Menurutnya, terowongan itu ada sejak dibangun Jalan Arteri Yos Sudarso beberapa tahun lalu an menjadi jalur utama warga Terboyo Kulon yang hendak ke Tambakrejo maupun sebaliknya. Tetapi, ketika rob meninggi dan air menutup separuh lebih terowongan, warga pun terpaksa harus melintasi jalan raya.
''Kalau minta terowongan diperbesar, tentunya Jalan Arteri Yos Sudarso harus ditinggikan. Sepertinya tidak mungkin. Akhirnya, warga hanya bisa pasrah, dan terpaksa berjalan menunduk ketika melintas dan memutar jauh ketika terowongan dipenuhi air rob,'' ujar Harsono (60), warga Terboyo Kulon, kemarin. (KS)
Beberapa saat kemudian, sambil tergopoh-gopoh, Sumiyati (54) warga Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari menuntun sepedanya yang penuh dengan barang dagangan. Dengan perlahan, ia dorong sepedanya memasuki terowongan sepanjang kuranglebih 20 meter.
Ketika Sumiyati sampai di tengah, seorang ibu yang tengah memboncengkan anaknya pulang sekolah dari arah timur, terpaksa berhenti di pintu terowongan di sisi barat Makam Syeikh Jumadil Kubro. Ia menunggu penjual sayur keliling itu selesai melintasi terowongan penghubung Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari dan Kelurahan Terboyo Kulon, Kecamatan Genuk.
''Kalau dulu, melintas sambil mengayuh sepeda bisa. Tetapi, karena sering tergenang, jalan di dalam terowongan pun ditinggikan. Akibatnya, lobang terowongan pun semakin mengecil. Sehingga, harus menunduk ketika melintasi terowongan ini,'' tutur Sumiyati, Senin (12/1) siang.
Menurutnya, terowongan itu ada sejak dibangun Jalan Arteri Yos Sudarso beberapa tahun lalu an menjadi jalur utama warga Terboyo Kulon yang hendak ke Tambakrejo maupun sebaliknya. Tetapi, ketika rob meninggi dan air menutup separuh lebih terowongan, warga pun terpaksa harus melintasi jalan raya.
''Kalau minta terowongan diperbesar, tentunya Jalan Arteri Yos Sudarso harus ditinggikan. Sepertinya tidak mungkin. Akhirnya, warga hanya bisa pasrah, dan terpaksa berjalan menunduk ketika melintas dan memutar jauh ketika terowongan dipenuhi air rob,'' ujar Harsono (60), warga Terboyo Kulon, kemarin. (KS)
Tidak ada komentar