Jalan Kepodang Kota Lama, Dari Sungai Kumuh, Menjadi Pusat Perbankan Jaman Hindia Belanda
KOTA Semarang sudah dikenal di seluruh dunia mulai abad ke-18, karena menguasai perdagangan dunia. Kawasan pengendali perdagangan dunia itu justru tidak di pusat kota seperti Jalan Pemuda, Jalan Gajahmada, Jalan Pandanaran atau Jalan Pahlawan.
Tetapi, justru di Kawasan Kota Lama, atau yang pernah dijuluki Little Netherland, sisa-sisa kejayaannya nyaris hilang, karena sebagian gedung yang dahulu menjadi pusat penjualan hasil bumi maupun sebagai pusat transaksi keuangan tidak terawat. Salahsatu sisa kejayaan masa lalu yang kondisinya memprihatinkan adalah pusat perbankan dan perusahaan besar jaman dahulu di Hogendorp Straat atau yang kini berubah nama menjadi Jalan Kepodang.
Dari pantauan saya, meski paving terlihat baru saja diganti, drainase di kiri dan kanan jalan yang tak terlalu lebar itu tidak pula sekalian dibangun kembali. Saluran air, dengan air comberan yang kotor. Di perempatan jalan, tempat para penjual ayam jago petarung, juga banyak tumpukan sampah, potongan kayu-kayu, bambu, plastik, dan sebagainya yang menumpuk dan semakin menyumbat saluran air. Padahal di kawasan inilah pusat kegiatan yang selalu ramai dari pagi hingga siang, di bawah teduhnya bangunan-bangunan lama yang menjulang. Lengkap dengan warung gulai dan pedagang kaki lima. Para pedagang ayam petarung menjajakan dagangannya.
Dai berbagai sejarah, dahulu, Jalan Kepodang merupakan bekas sungai kering yang pernah ada di kawasan kota lama Semarang masa lampau. Banyak terdapat kantor-kantor besar milik firma-firma yang terkenal waktu itu. Salah satunya ada Oei Tiong Ham Concern, Handel Maatschappij, Kian Gwan, Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij, Nederlansch Indische Bank.
Van Ossenberch yang pernah menjadi gubernur kompeni Belanda di Semarang dari tahun 1761 sampai 1768, dalam memoarnya juga pernah menulis, Jalan Kepodang awalnya adalah sebuah aliran sungai yang telah kering dan berbau busuk. Bekas aliran sungai itu kemudian diurug dan menjadi jalan.
''Kalau menjadi tempat berjualan ayam petarung sendiri belum lama. Dulu, gedung-gedung di sepanjang Jalan Kepodang ini memang bank. Tetapi, sekarang tinggal satu, itupun bank baru, Bank Mandiri. Kalau yang terawat milik PT Rajawali Nusindo dan Agen LPG,'' tutur Yuswanto (53) salah satu pedagang ayam di Jalan Kepodang, kemarin. (KS)
Tetapi, justru di Kawasan Kota Lama, atau yang pernah dijuluki Little Netherland, sisa-sisa kejayaannya nyaris hilang, karena sebagian gedung yang dahulu menjadi pusat penjualan hasil bumi maupun sebagai pusat transaksi keuangan tidak terawat. Salahsatu sisa kejayaan masa lalu yang kondisinya memprihatinkan adalah pusat perbankan dan perusahaan besar jaman dahulu di Hogendorp Straat atau yang kini berubah nama menjadi Jalan Kepodang.
Dari pantauan saya, meski paving terlihat baru saja diganti, drainase di kiri dan kanan jalan yang tak terlalu lebar itu tidak pula sekalian dibangun kembali. Saluran air, dengan air comberan yang kotor. Di perempatan jalan, tempat para penjual ayam jago petarung, juga banyak tumpukan sampah, potongan kayu-kayu, bambu, plastik, dan sebagainya yang menumpuk dan semakin menyumbat saluran air. Padahal di kawasan inilah pusat kegiatan yang selalu ramai dari pagi hingga siang, di bawah teduhnya bangunan-bangunan lama yang menjulang. Lengkap dengan warung gulai dan pedagang kaki lima. Para pedagang ayam petarung menjajakan dagangannya.
Dai berbagai sejarah, dahulu, Jalan Kepodang merupakan bekas sungai kering yang pernah ada di kawasan kota lama Semarang masa lampau. Banyak terdapat kantor-kantor besar milik firma-firma yang terkenal waktu itu. Salah satunya ada Oei Tiong Ham Concern, Handel Maatschappij, Kian Gwan, Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij, Nederlansch Indische Bank.
Van Ossenberch yang pernah menjadi gubernur kompeni Belanda di Semarang dari tahun 1761 sampai 1768, dalam memoarnya juga pernah menulis, Jalan Kepodang awalnya adalah sebuah aliran sungai yang telah kering dan berbau busuk. Bekas aliran sungai itu kemudian diurug dan menjadi jalan.
''Kalau menjadi tempat berjualan ayam petarung sendiri belum lama. Dulu, gedung-gedung di sepanjang Jalan Kepodang ini memang bank. Tetapi, sekarang tinggal satu, itupun bank baru, Bank Mandiri. Kalau yang terawat milik PT Rajawali Nusindo dan Agen LPG,'' tutur Yuswanto (53) salah satu pedagang ayam di Jalan Kepodang, kemarin. (KS)
Tidak ada komentar