Sepeda Roda Satu di SD Ngadirgo 01, Pernah Tampil di Senayan, Jadi Ikon Kebanggaan Mijen
HAMPIR mayoritas masyarakat, mengenal sepeda roda satu (unicycle) sebagai salahsatu perlengkapan sirkus yang biasanya dimainkan oleh seorang badut. Saat melakukan atraksi, badut berpura-pura bodoh tak bisa menaiki sepeda roda satu, tetapi, tiba-tiba tampil menaikinya dan membuat atraksi dengan juggling, menggendong badut yang lain, atau lompat tali. Karena sepeda roda satu dengan dunia sirkus saling melekat, kebanyakan orang pun menyebut sepeda ini sebagai "sepeda sirkus".
Tetapi, di SD Ngadirgo 01 yang ada di Jalan RM Hadi Soebeno Sosrowardoyo, Kecamatan Mijen, siswa-siswa yang terampil bermain sepeda roda satu bukan untuk atraksi di sebuah klub sirkus. Keterampilan bersepeda roda satu telah ada sejak tahun 1980-an dan menjadi kegiatan ektrakurikuler hingga saat ini.
Pengasuh keterampilan sepeda roda satu SD Ngadirgo 01, Dalijem dan Wahyu Tri Haryanto menuturkan, sejak 1980-an, siswa yang terampil bersepeda roda satu selalu diundang untuk menyemarakkan acara-acara mulai dari tingkat kota, kabupaten, provinsi, hingga nasional. Seperti pada Februari 1986, tampil untuk memeriahkan Porseni SD se-Jawa Barat, Mei 1986 memenangi eksebisi yang merebutkan trofi Menteri Pemuda dan Olahraga. Baru-baru ini, mereka juga memeriahkan peringatan Hari Juang Kartika ke-69 di Jalan Pahlawan.
''Pada puncak Hari Pendidikan Nasional 1986, Menteri Dalam Negeri Supardjo Rustam mengendaki sepeda roda satu dikenalkan secara nasional. Pada Agustus 1986 juga ikut menyemarakkan Pekan Olahraga Cacat Internasional yang dihadiri Presiden RI HM Soeharto,'' tutur Dalijem yang juga guru kelas 5 itu.
Wahyu, yang juga guru olahraga menambahkan, untuk mahir bersepeda roda satu, para siswa membutuhkan waktu maksimal satu minggu. Setelah itu, mereka juga diajari bersepada sambil menari, jumping, bermain stickball, zig-zag, maju mundur dan berhenti di tempat.
''Kunci untuk bisa bermain sepeda roda satu adalah berani, ada niat dan tidak takut jatuh. Karena, bermain sepeda ini yang dibutuhkan adalah keseimbangan. Karena sering tampil di berbagai acara, sepeda roda satu ini pun menjadi salah satu ikon kebanggaan Kecamatan Mijen,'' katanya.
Seperti aksi yang dilakukan Fitra Galih Winata (kelas 5), Reza Alif Maulana (kelas 4), Muhammad Rofi Saputra (kelas 5), Ahmad Hisyam Ali (kelas 3), Rofi Aditya Riski (kelas 3), dan Eka Cahya Saputra (kelas 4), saat jam istirahat kemarin. Dengan lincahnya, mereka menunjukkan kemampuannya kepada saya. Mulai dari mengendarai sepeda roda satu sambil bergandengan tangan, berputar keliling halaman sekolah, dan zig-zag melewati beberapa balok kayu yang diletakkan saling berdekatan.
''Saya pernah jatuh, mata kaki dan lutut lecet. Tetapi, saya tetap suka bermain sepeda ini. Kalau mau jatuh, sepeda dilepas dan langsung loncat saja, biar lebih aman,'' kata Fitra yang telah mahir mengendarai sepeda roda satu setinggi dua meter. (KS)
Tetapi, di SD Ngadirgo 01 yang ada di Jalan RM Hadi Soebeno Sosrowardoyo, Kecamatan Mijen, siswa-siswa yang terampil bermain sepeda roda satu bukan untuk atraksi di sebuah klub sirkus. Keterampilan bersepeda roda satu telah ada sejak tahun 1980-an dan menjadi kegiatan ektrakurikuler hingga saat ini.
Pengasuh keterampilan sepeda roda satu SD Ngadirgo 01, Dalijem dan Wahyu Tri Haryanto menuturkan, sejak 1980-an, siswa yang terampil bersepeda roda satu selalu diundang untuk menyemarakkan acara-acara mulai dari tingkat kota, kabupaten, provinsi, hingga nasional. Seperti pada Februari 1986, tampil untuk memeriahkan Porseni SD se-Jawa Barat, Mei 1986 memenangi eksebisi yang merebutkan trofi Menteri Pemuda dan Olahraga. Baru-baru ini, mereka juga memeriahkan peringatan Hari Juang Kartika ke-69 di Jalan Pahlawan.
''Pada puncak Hari Pendidikan Nasional 1986, Menteri Dalam Negeri Supardjo Rustam mengendaki sepeda roda satu dikenalkan secara nasional. Pada Agustus 1986 juga ikut menyemarakkan Pekan Olahraga Cacat Internasional yang dihadiri Presiden RI HM Soeharto,'' tutur Dalijem yang juga guru kelas 5 itu.
Wahyu, yang juga guru olahraga menambahkan, untuk mahir bersepeda roda satu, para siswa membutuhkan waktu maksimal satu minggu. Setelah itu, mereka juga diajari bersepada sambil menari, jumping, bermain stickball, zig-zag, maju mundur dan berhenti di tempat.
''Kunci untuk bisa bermain sepeda roda satu adalah berani, ada niat dan tidak takut jatuh. Karena, bermain sepeda ini yang dibutuhkan adalah keseimbangan. Karena sering tampil di berbagai acara, sepeda roda satu ini pun menjadi salah satu ikon kebanggaan Kecamatan Mijen,'' katanya.
Seperti aksi yang dilakukan Fitra Galih Winata (kelas 5), Reza Alif Maulana (kelas 4), Muhammad Rofi Saputra (kelas 5), Ahmad Hisyam Ali (kelas 3), Rofi Aditya Riski (kelas 3), dan Eka Cahya Saputra (kelas 4), saat jam istirahat kemarin. Dengan lincahnya, mereka menunjukkan kemampuannya kepada saya. Mulai dari mengendarai sepeda roda satu sambil bergandengan tangan, berputar keliling halaman sekolah, dan zig-zag melewati beberapa balok kayu yang diletakkan saling berdekatan.
''Saya pernah jatuh, mata kaki dan lutut lecet. Tetapi, saya tetap suka bermain sepeda ini. Kalau mau jatuh, sepeda dilepas dan langsung loncat saja, biar lebih aman,'' kata Fitra yang telah mahir mengendarai sepeda roda satu setinggi dua meter. (KS)
Tidak ada komentar