Aliran Sesat? kata siapa Bro
Sedudoshare - Menurut saya di setiap perkumpulan atau organisasi apa itu Negara, Partai, Organisasi Keagamaan, Perkumpulan Pencak Silat dan lain sebagainya selalu ada saja orang yang memisahkan diri atau keluar dari perkumpulanya.
Dan tentu saja alasanya macam-macam, mungkin karena tidak cocok dengan programnya, tidak cocok dengan pengurusnya, tidak pas aturanya, mungkin juga karena jenuh dan segala macam alasan yang saya sendiri tidak tahu.
Dan tentu saja alasanya macam-macam, mungkin karena tidak cocok dengan programnya, tidak cocok dengan pengurusnya, tidak pas aturanya, mungkin juga karena jenuh dan segala macam alasan yang saya sendiri tidak tahu.
Dari sekian alasan itu ada juga yang membuat orang yang keluar dari perkumpulanya menaruh dendam kepada bekas perkumpulanya. Mungkin karena dia 'terluka' oleh program/aturan/profil yang ada di bekas perkumpulanya sehingga merasa kecewa.Orang semacam ini sangat mungkin berbalik menjadi musuh perkumpulanya.
Akibatnya segala hal atau rahasia 'dapur' bekas perkumpulanya itu diacak-acak dan di sebarkan sebagai perwujudan rasa kecewanya. Kemanapun dia melangkah dan mengalunkan suaranya selalu disertai dengan penyampaian kekecewaannya pada bekas perkumpulanya.
Seakan-akan sisa hidupnya berjuang hanya untuk satu tujuan yaitu menghancurkan bekas perkumpulanya yang pernah melukainya dan membuat kecewa seumur hidupnya.
Akibatnya segala hal atau rahasia 'dapur' bekas perkumpulanya itu diacak-acak dan di sebarkan sebagai perwujudan rasa kecewanya. Kemanapun dia melangkah dan mengalunkan suaranya selalu disertai dengan penyampaian kekecewaannya pada bekas perkumpulanya.
Seakan-akan sisa hidupnya berjuang hanya untuk satu tujuan yaitu menghancurkan bekas perkumpulanya yang pernah melukainya dan membuat kecewa seumur hidupnya.
Malanglah nasibnya bagi seseorang yang tidak tahu menahu akan 'kejelekan' sebuah perkumpulan tiba-tiba dia tahu dari kabar yang tersebar itu. Padahal pada saat itu dia sedang sangat membutuhkan informasi program yang kebetulan program itu dimiliki oleh perkumpulan yang katanya jelek itu. Sehingga dia menerima informasi yang betul-betul salah.
Disisi lain,
ternyata orang-orang yang masih betah di dalam perkumpulan itu, mereka justru mencap bahwa orang yang keluar dan menyebar rahasia dapur perkumpulan adalah 'pengkhianat'. mungkin juga beranggapan bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak tahu di untung, orang yang keluar itu tidak perlu dan tidak patut di contoh. Dan orang-orang yang betah, walaupun diterpa hembusan topan 'hujatan' tetap enjoy saja menikmati program dan aturan yang ada di perkumpulanya.
Sekali lagi mungkin uraian saya diatas terjadi juga di semua perkumpulan atau organisasi.
Tak terkecuali di dalam organisasi LDII.
Yang mana langkah LDII terus menerus di iringi oleh HTAG=hambatan, tantangan, ancaman, gangguan. Termasuk hembusan angin agak kencang yang membawa kabar panjang bahwa LDII adalah aliran SESAT.
Bahkan bagi sebagian mereka yang memang sangat anti LDII, dari kakek sampai cucunya masih tetap saja label sesat tetap tertempel di wajah LDII.
Yang keluar biar saja keluar, yang menghujat silahkan saja menghujat, yang penting bagi yang terlanjur cocok tidak menjadikan kecil hati. Karena mereka yakin 100% apa yang di jalankan tidak sesat seperti mereka beritakan. Biarlah mereka menganggap sesat pada pengikut LDII yang selalu mengkaji Kitab Qur'an dan Hadits.
Dan justru karena kabar itulah mereka akan berbangga diri menjadi PEMBELA ALIRAN SESAT. Karena itu adalah sesat versi mereka yang menyebarkan.
Yang mana langkah LDII terus menerus di iringi oleh HTAG=hambatan, tantangan, ancaman, gangguan. Termasuk hembusan angin agak kencang yang membawa kabar panjang bahwa LDII adalah aliran SESAT.
Bahkan bagi sebagian mereka yang memang sangat anti LDII, dari kakek sampai cucunya masih tetap saja label sesat tetap tertempel di wajah LDII.
Yang keluar biar saja keluar, yang menghujat silahkan saja menghujat, yang penting bagi yang terlanjur cocok tidak menjadikan kecil hati. Karena mereka yakin 100% apa yang di jalankan tidak sesat seperti mereka beritakan. Biarlah mereka menganggap sesat pada pengikut LDII yang selalu mengkaji Kitab Qur'an dan Hadits.
Dan justru karena kabar itulah mereka akan berbangga diri menjadi PEMBELA ALIRAN SESAT. Karena itu adalah sesat versi mereka yang menyebarkan.
Barangkali begitulah isi kepala saya dalam mengambarkan keadaan LDII yang dicap sesat seperti sekarang ini.
JUMLAH 'ORANG SESAT '
Menurut hasil sensus Departemen Agama tahun 1995 jumlah warga LDII adalah sebanyak 45.000.000. Kalau begitu 'orang sesat' yang berada di dalam LDII adalah sejumlah 45 jt orang. Apakah mereka benar-benar di jalan yang sesat? Bayangkan saja 45 jt dalam keadaan sesat......
Salah satu kebanggaan bagi sebagian peserta pengajian di LDII adalah, mereka berhasil dengan kontinyu setiap bulan mengadakan konsolidasi organisasi yang mempertemukan pengurus pusat LDII dan pengurus yang ada di daerah-daerah di seluruh Indonesia dan bahkan beberapa negara.
Kebanggaan dan syukur yang lain adalah LDII yang dianggap sesat itu tidak meminta sumbangan ketika ada program pembangunan tempat ibadah atau tempat kegiatan lainya kecuali kepada anggota pengajian mereka sendiri. Mereka berusaha sepenuh hati untuk mandiri membangun tempat kegiatan. Karena sadar sepenuhnya bahwa infak dan sodaqoh adalah perintah Alloh untuk kami laksanakan dengan lillahita'ala
Dan mungkin ini yang juga penting untuk saya sampaikan :
anak kecil gak etis di cap sesat |
Bagaimana kalau sudah dewasa? sesatkah cara kencing tak sesuai syariah? |
Walaupun mereka bukan sesat tapi begitukah cara kencing menurut islam? |
Kencing beramai-ramai, najisnya tentu kesana-kemari |
Mohon maaf sebelumnya. Di pengajian LDII yang kata beberapa orang sesat, ada praktek kesucian yang mungkin terlupakan oleh sebagian orang Islam. Seperti pada foto diatas dari kecil mereka sudah 'terlatih' untuk kencing sesuka hati.
Kemungkinan juga sehabis kencing mereka tidak melakukan bersuci (cebok). Cipratan air kencing yang hinggap ke pakaian akan membuat keadaan pakaian tidak suci. Hal itu juga sering terabaikan.
Bahkan dalam keadaan seperti itu kadang langsung di pakai untuk wudhu dan mengerjakan sholat. Padahal kita tahu bahwa syarat sahnya sholat wajib suci badan, pakaian dan tempat. Kalau tetap dilaksanakan apakah sholatnya sah?......
Kemungkinan juga sehabis kencing mereka tidak melakukan bersuci (cebok). Cipratan air kencing yang hinggap ke pakaian akan membuat keadaan pakaian tidak suci. Hal itu juga sering terabaikan.
Bahkan dalam keadaan seperti itu kadang langsung di pakai untuk wudhu dan mengerjakan sholat. Padahal kita tahu bahwa syarat sahnya sholat wajib suci badan, pakaian dan tempat. Kalau tetap dilaksanakan apakah sholatnya sah?......
Dan inilah salah satu Hadis yang mengancam kepada peserta yang kencing sembarangan :
" Aktsaru min 'adzabil qobri minal bauli" artinya :
Kebanyakan dari siksa kubur karena dari maslah kencing.
Kebanyakan dari siksa kubur karena dari maslah kencing.
Terkesan remeh tapi sebetulnya mengerikan. Adakah siksa yang lebih menyakitkan di banding siksa dari Alloh yang datang di alam kubur dan di alam akherat?
Sekarang UMPAMANYA, anda melihat orang yang kencing seperti gambar diatas, kemudian anda melihat dia berwudhu dan masuk masjid langsung mengerjakan sholat, lalu apa reaksi anda terhadap kejadian itu?
Saya dulu termasuk sering sholat berjama'ah di musholla di kampung saya, Purwokerto Lor. Saya sering mendengar ceramah pak Ustad di acara pengajian habis Maghrib di musholla itu. Antara lain yang saya dengarkan adalah masalah cara mensucikan bak mandi yang terkena najis, atau menguras (membersihkan) bak mandi.
Caranya adalah bila bak mandi terkena najis atau sedang dibersihkan maka mengisinya kembali harus dikeringkan dulu hingga tidak ada bekasnya air, betul-betul harus kering. Mungkin di jemur atau apa yang penting airnya betul-betul hilang.
Ternyata prakteknya ketika diadakan bersih-bersih Musholla bersama-sama termasuk menguras bak mandi dan tempat wudhu, sang ustad yang ceramah tadi menyuruh kami mengisi bak lagi padahal airnya belum kering.
" Lho, katanya harus betul-betul kering dulu, ini airnya belum kering kok sudah diisi lagi?" aku sempat bergumam dengan temanku. Ternyata dia sendiri juga gak mengerti. Ya okelah kalau begitu, aku taat saja dengan segera mengisi bak mandi dan tempat air wudhu.
Di lain hari pak ustad juga menerangkan bab najis di dalam musholla. Bahwa bila lantai musholla itu terkena kencing, maka harus di pel dan karpet yang terkena kencing harus dicuci dan keringkan. Ternyata lagi-lagi prakteknya juga tidak sesuai dengan teori yang diajarkan pak ustad.
Ketika kebetulan teman saya, Harno, mengompol di dalam masjid, bekas ompolnya (kencingnya) menempel pekat di karpet dan tembus ke lantai masjid. Pak Ustad hanya memercikan air diatas karpet itu. Dan saya sendiri pernah bersujud diatas bekas kencing itu dalam keadaan tidak begitu kering dan bau yang masih khas kencing.
Itu dulu sekali...mungking sekitar tahun 1989..entah sekarang....
Sekarang UMPAMANYA, anda melihat orang yang kencing seperti gambar diatas, kemudian anda melihat dia berwudhu dan masuk masjid langsung mengerjakan sholat, lalu apa reaksi anda terhadap kejadian itu?
Saya dulu termasuk sering sholat berjama'ah di musholla di kampung saya, Purwokerto Lor. Saya sering mendengar ceramah pak Ustad di acara pengajian habis Maghrib di musholla itu. Antara lain yang saya dengarkan adalah masalah cara mensucikan bak mandi yang terkena najis, atau menguras (membersihkan) bak mandi.
Caranya adalah bila bak mandi terkena najis atau sedang dibersihkan maka mengisinya kembali harus dikeringkan dulu hingga tidak ada bekasnya air, betul-betul harus kering. Mungkin di jemur atau apa yang penting airnya betul-betul hilang.
Ternyata prakteknya ketika diadakan bersih-bersih Musholla bersama-sama termasuk menguras bak mandi dan tempat wudhu, sang ustad yang ceramah tadi menyuruh kami mengisi bak lagi padahal airnya belum kering.
" Lho, katanya harus betul-betul kering dulu, ini airnya belum kering kok sudah diisi lagi?" aku sempat bergumam dengan temanku. Ternyata dia sendiri juga gak mengerti. Ya okelah kalau begitu, aku taat saja dengan segera mengisi bak mandi dan tempat air wudhu.
Di lain hari pak ustad juga menerangkan bab najis di dalam musholla. Bahwa bila lantai musholla itu terkena kencing, maka harus di pel dan karpet yang terkena kencing harus dicuci dan keringkan. Ternyata lagi-lagi prakteknya juga tidak sesuai dengan teori yang diajarkan pak ustad.
Ketika kebetulan teman saya, Harno, mengompol di dalam masjid, bekas ompolnya (kencingnya) menempel pekat di karpet dan tembus ke lantai masjid. Pak Ustad hanya memercikan air diatas karpet itu. Dan saya sendiri pernah bersujud diatas bekas kencing itu dalam keadaan tidak begitu kering dan bau yang masih khas kencing.
Itu dulu sekali...mungking sekitar tahun 1989..entah sekarang....
Satu lagi cerita yang saya kenang. Saya punya teman namanya Irwan, semenjak lulus SD, kami berpisah tanpa saling kabar berita. Suatu ketika acara reuni mempertemukan kami kembali. Sejak saat itu kami bertambah akrab. Dia terkadang memuji saya di bidang desain.
Suatu ketika saya bermain kerumahnya. Kami duduk diluar rumah. Halamanya cukup luas dan ada beberapa batu besar yang kami gunakan sebagai tempat duduk. Setelah bicara panjang lebar, dia bangkit dari batu yang menjadi tempat duduknya. Begitu juga denga saya. Tiba-tiba dia berkata (bertanya):
"Hai, Imang, kamu kalau bangun dari duduk di atas batu gimana cara mensucikan celana pantatmu? bisakah? kalau saya sih cukup saya tepuk-tepuk 3 kali pakai tangan, maka celananya sudah suci kembali"
Saya diam mendengarkan dan berkata dalam hati, "Oooh, kalau begitu batu itu mengandung najis...okelah saya jadi mengerti sekarang"
Tapi ketika saya banyak mengaji Qur'an dan Hadis, ternyata pendapat Irwan, teman saya itu, tidak sama dengan apa yang saya dapatkan hasil ngaji Qur'an dan Hadis... Bagaimana pendapat anda?
Suatu ketika saya bermain kerumahnya. Kami duduk diluar rumah. Halamanya cukup luas dan ada beberapa batu besar yang kami gunakan sebagai tempat duduk. Setelah bicara panjang lebar, dia bangkit dari batu yang menjadi tempat duduknya. Begitu juga denga saya. Tiba-tiba dia berkata (bertanya):
"Hai, Imang, kamu kalau bangun dari duduk di atas batu gimana cara mensucikan celana pantatmu? bisakah? kalau saya sih cukup saya tepuk-tepuk 3 kali pakai tangan, maka celananya sudah suci kembali"
Saya diam mendengarkan dan berkata dalam hati, "Oooh, kalau begitu batu itu mengandung najis...okelah saya jadi mengerti sekarang"
Tapi ketika saya banyak mengaji Qur'an dan Hadis, ternyata pendapat Irwan, teman saya itu, tidak sama dengan apa yang saya dapatkan hasil ngaji Qur'an dan Hadis... Bagaimana pendapat anda?
Tidak ada komentar