Dari Mahir Desain Grafis, Hafal Lagu hingga Mainkan 27 Gerakan Pantomim
Kami bukan produk Tuhan yang gagal,
Karena Tuhan tidak pernah gagal.
Tetapi, kami diciptakan untuk memberi inspirasi...
TULISAN poster yang dilengkapi foto Ibu Negara, Ani Yudhoyono yang hendak memeluk anak-anak berkebutuhan khusus menjadi pesan bocah kelahiran Desa Bawu Mojo, Kecamatan Batealit, Kabupaten Jepara, 5 April 1996 kepada masyarakat untuk tidak menyepelekan anak-anak yang kekurangan fisik.
Ya, Jamaludin Cahya, anak ketika dari lima bersaudara dari pasangan Mustafidah (48) dan Ssmail (55) yang sejak lahir mengalami lumpuh layu itu memang tidak boleh disepelekan. Kemampuan membuat desain grafis telah mendapat apresiasi dari perusahaan maupun pemerintah. Poster, pamflet, desain rumah, iklan maupun desain kemasan makanan ringan yang ia buat telah mendapatkan penghargaan tingkat provinsi Jawa Tengah maupun nasional.
''Anak-anak berkebutuhan khusus tidak perlu dikasihani, tetapi dari diri mereka kita akan mendapat inspirasi. Mereka ibarat batangan emas yang tertimbun lumpur,'' tutur Kepala SLB Negeri Semarang, Ciptono saat ditemui di sela-sela Pemecahan Rekor Muri, Pameran Desain Grafis Pertama Anak Lumpuh Layu dan Pagelaran Pantomim Anak Berkebutuhan Khusus di Atrium Mal Ciputra.
Ya, meski kondisi fisik cacat, bukan berarti selalu terbelakang dan semua berakhir alias tamat. Anak-anak asuhan Ciptono yang menyandang cacat fisik atau mental justru menonjol di bidang-bidang tertentu. Semisal tarik suara, daya ingat yang luar biasa, dan olahraga.
Seperti yang dilakukan Jamaludin Cahya yang siang itu didampingi guru pembimbingnya, Heru Joneth. Kurang dari 30 menit, tangannya dengan lincah memainkan mouse dan laptop mendesain rumah lantai dua dan gazebo pantai yang dilengkapi enam kursi. Belasan karya grafis seperti poster pendaftaran sekolah, cover buku pelajaran, kemasan makanan ringan, poster Gubernur Jateng dan slogan Bali Ndesa Mbangun Desa yang dipajang menjadi perhatian para pengunjung mal.
''Saya ingin menjadi seorang animator profesional dan ingin sekali membuat grafis film kartun anak-anak Indonesia,'' tutur Cahya, didampingi ibunya.
Tak hanya penampilan Cahya saja yang membuat decak kagum para pengunjung mal. Kharisma Rizky Pradana Risky Pradana (12) yang menderita autis sejak lahir dan dikaruniai daya ingat yang luar biasa itu tampil menyanyikan lagu anak-anak, pop, dangdut hingga campursari. Kharisma yang bercita-cita menjadi dokter spesialis itu juga hafal lagu daerah, kapan ia berkunjung ke Jakarta, ke Jambi, ke Kalimantan, hingga hafal kapan dia jatuh di sawah. Bahkan dengan cepat ia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan Ciptono. Misalnya, ketika diminta menirukan iklan, menyanyikan lagu daerah dan lagu dangdut, sambil memegang microphone, Kharisma langsung menyanyi.
Usai Kharisma bernyanyi dan menjawab pertanyaan Ciptono, anak-anak SLB Negeri Semarang hingga sore hari juga menampilkan 17 judul pantomim, diantaranya Pergi ke Sekolah, Pergi ke Pasar, Memancing Ikan, dan Beli Bakso. Karena dinilai menjadi acara yang unik dan baru satu-satunya di Indonesia, Pameran Desain Grafis Pertama Anak Lumpuh Layu dan Pagelaran Pantomim Anak Berkebutuhan Khusus oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) pun dicatat sebagai rekor ke 5762 dan 5763.
''Acara ini unik dan menarik, serta baru pertama kali digelar di Indonesia. Untuk itu, kami dari Muri memberikan penghargaan dan apresiasi yang luar biasa. Semoga menjadi inspirasi masyarakat,'' pesan Manager Muri, Sri Widayati usai memberikan penghargaan.
Karena Tuhan tidak pernah gagal.
Tetapi, kami diciptakan untuk memberi inspirasi...
TULISAN poster yang dilengkapi foto Ibu Negara, Ani Yudhoyono yang hendak memeluk anak-anak berkebutuhan khusus menjadi pesan bocah kelahiran Desa Bawu Mojo, Kecamatan Batealit, Kabupaten Jepara, 5 April 1996 kepada masyarakat untuk tidak menyepelekan anak-anak yang kekurangan fisik.
Ya, Jamaludin Cahya, anak ketika dari lima bersaudara dari pasangan Mustafidah (48) dan Ssmail (55) yang sejak lahir mengalami lumpuh layu itu memang tidak boleh disepelekan. Kemampuan membuat desain grafis telah mendapat apresiasi dari perusahaan maupun pemerintah. Poster, pamflet, desain rumah, iklan maupun desain kemasan makanan ringan yang ia buat telah mendapatkan penghargaan tingkat provinsi Jawa Tengah maupun nasional.
''Anak-anak berkebutuhan khusus tidak perlu dikasihani, tetapi dari diri mereka kita akan mendapat inspirasi. Mereka ibarat batangan emas yang tertimbun lumpur,'' tutur Kepala SLB Negeri Semarang, Ciptono saat ditemui di sela-sela Pemecahan Rekor Muri, Pameran Desain Grafis Pertama Anak Lumpuh Layu dan Pagelaran Pantomim Anak Berkebutuhan Khusus di Atrium Mal Ciputra.
Ya, meski kondisi fisik cacat, bukan berarti selalu terbelakang dan semua berakhir alias tamat. Anak-anak asuhan Ciptono yang menyandang cacat fisik atau mental justru menonjol di bidang-bidang tertentu. Semisal tarik suara, daya ingat yang luar biasa, dan olahraga.
Seperti yang dilakukan Jamaludin Cahya yang siang itu didampingi guru pembimbingnya, Heru Joneth. Kurang dari 30 menit, tangannya dengan lincah memainkan mouse dan laptop mendesain rumah lantai dua dan gazebo pantai yang dilengkapi enam kursi. Belasan karya grafis seperti poster pendaftaran sekolah, cover buku pelajaran, kemasan makanan ringan, poster Gubernur Jateng dan slogan Bali Ndesa Mbangun Desa yang dipajang menjadi perhatian para pengunjung mal.
''Saya ingin menjadi seorang animator profesional dan ingin sekali membuat grafis film kartun anak-anak Indonesia,'' tutur Cahya, didampingi ibunya.
Tak hanya penampilan Cahya saja yang membuat decak kagum para pengunjung mal. Kharisma Rizky Pradana Risky Pradana (12) yang menderita autis sejak lahir dan dikaruniai daya ingat yang luar biasa itu tampil menyanyikan lagu anak-anak, pop, dangdut hingga campursari. Kharisma yang bercita-cita menjadi dokter spesialis itu juga hafal lagu daerah, kapan ia berkunjung ke Jakarta, ke Jambi, ke Kalimantan, hingga hafal kapan dia jatuh di sawah. Bahkan dengan cepat ia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan Ciptono. Misalnya, ketika diminta menirukan iklan, menyanyikan lagu daerah dan lagu dangdut, sambil memegang microphone, Kharisma langsung menyanyi.
Usai Kharisma bernyanyi dan menjawab pertanyaan Ciptono, anak-anak SLB Negeri Semarang hingga sore hari juga menampilkan 17 judul pantomim, diantaranya Pergi ke Sekolah, Pergi ke Pasar, Memancing Ikan, dan Beli Bakso. Karena dinilai menjadi acara yang unik dan baru satu-satunya di Indonesia, Pameran Desain Grafis Pertama Anak Lumpuh Layu dan Pagelaran Pantomim Anak Berkebutuhan Khusus oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) pun dicatat sebagai rekor ke 5762 dan 5763.
''Acara ini unik dan menarik, serta baru pertama kali digelar di Indonesia. Untuk itu, kami dari Muri memberikan penghargaan dan apresiasi yang luar biasa. Semoga menjadi inspirasi masyarakat,'' pesan Manager Muri, Sri Widayati usai memberikan penghargaan.
Tidak ada komentar