Breaking News

Buatlah Rekam Jejak Yang Baik Di Dunia Ini Dengan Karya Tulis Dan Mari Jadi Penulis


Sedudoshare - Untuk menjadi penulis yang hebat ternyata susah-susah gampang. Coba melihat dalam kalimat tersebut, susahnya ada berapa kali dan gampang-nya ada berapa kali? Artinya lebih banyak kalimat susahnya dibandingkan dengan kalimat gampang-nya. Karenanya tak heran akan banyak yang berguguran saat ingin menekuni dunia tulis menulis.

Ada yang belum memulai, tapi sudah angkat tangan duluan. Ada juga yang sudah mulai menulis, tapi menyerah di tengah jalan. Belum lagi yang naskahnya selesai, tapi menjumpai penolakan. Ada juga yang naskahnya terbit dibukukan, eh lagi-lagi karyanya kurang diminati pasar.

Saat menghadapi kondisi seperti itu, tak ada jalan lain selain merekonstruksi niat sebagai seorang penulis. Karena hal ini yang akan mempengaruhi progress ke depan.

Baiklah, mari kita rekonstruksi niat kita sebagai seorang penulis agar tumbuh mental yang baik.

Anggap Menulis Adalah Bagian dari Cara Belajar

Ketika Anda mendeklarasikan diri sebagai seorang penulis, Anda harus lebih banyak belajar. Ada banyak cara yang bisa Anda tempuh, baik dengan cara risert, membaca dan meresensi buku, ataupun browsing. Dengan begitu Anda akan lebih mudah mengembangkan sebuah gagasan dan ide-ide dalam bentuk tulisan.

Sesungguhnya produktivitas seorang penulis berbanding lurus dengan kegemarannya dalam membaca. Penulis yang gemar membaca, pasti memiliki cakrawala pengetahuan yang lebih luas. Di sinilah daya tariknya penulis. Ia lebih banyak dihargai orang karena intelektualitasnya.

Berbekal pengetahuan yang dimilikinya, penulis cenderung lebih bijak karena menggunakan banyak sudut pandang dalam melihat masalah-masalah. Inilah menariknya dalam proses menulis. Jadi tak perlu ragu menjadi seorang penulis. 

Tutup buku yang sudah Anda baca, dan tuliskan kembali ide yang Anda dapat dengan perspektif Anda sendiri.

Menulis, Cara untuk Berbagi Ilmu

Balik lagi pada niatnya sang penulis. Kalau menulis Anda niatkan untuk mencari pujian, maka bersiaplah tumbang saat tulisan Anda dicaci. Jika Anda niatnya mencari royalti, ini yang membuat Anda tidak bisa produktif. Rasa malas akan tumbuh jika royalti yang didapat tak sesuai keinginan. Bila niatnya untuk ketenaran, percuma, karena orang baik bukan dikenal sosoknya melainkan karyanya.

Tata niat Anda dan jadikan menulis sebagai ajang berbagi ilmu. Dengan begitu semangat dalam menulis tidaklah goyah. Karena bisa saja ketika tulisan Anda terlihat sederhana, namun karena niat Anda tulus berbagi, tulisan Anda bisa menembus jutaan hati para pembaca dan berdampak pada kehidupan mererka. 

Banyangkan jika seorang pembaca hatinya tergugah karena membaca tulisan Anda. Lalu pembaca tersebut membagikan ke temannya dan temannya juga ikut tercerahkan. Lantas, berapa banyak pahala yang Anda dapatkan? Kebayangkan dampaknya seperti apa? Jadi pastikan setiap tulisan yang Anda bagi membawa hal nilai positif.

Niatkan untuk berbagi inspirasi, berbagi semangat, berbagi ilmu, dan yang terpenting di setiap tulisan Anda niatkan untuk mencari berkah dari Tuhan. Karena Tuhanlah yang akan menggerakan hati para pembaca untuk tergugah atau tidaknya hati mereka. Bahkan bisa saja sebuah hidayah itu hadir melalui tulisan kita.

Menulis, Mengabadikan Pikiran Kita

Meminjam istilah kang Tendi Murti, “menulis itu salah satu cara kita meninggalkan legacy”. Saat Anda tiada nanti, orang mengenang Anda sebagai siapa? Warisan apa yang bisa Anda tinggalkan? Jangan sampai ada dan tiadanya Anda di dunia ini tak ada perbedaannya.

Menulis itu salah satu cara kita meninggalkan legacy, semangat mengabadikan diri melalui tulisan merupakan bagian dari karunia-Nya. Sesederhana apapun pemikiran dan ilmu yang tertuang dalam tulisan itu.

Selain niat yang lurus, ada tiga prinsip lain yang harus dimiliki agar konsisten dalam menulis.

Semua orang bisa menulis menulis itu salah satu dari keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan ini meliputi empat hal, yaitu:

"Keterampilan menyimak (listening skills), Menterampilkan berbicara (speaking skills), Keterampilan membaca (reading skills), Keterampilan menulis (writing skills)".

Masing-masing kemampuan saling berkaitan. Kemampuan mendengar menghasilkan keterampilan bicara, dan keterampilan membaca menghasilkan keterampilan menulis. Sayangnya pada poin ke empat inilah yang minim di masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah, malasnya diri berpikir lebih dalam tentang suatu persoalan.

Karenanya penulis harus mampu berfikir secara tajam dan mendalam. Dengan begitu setiap topik yang akan dituliskannya bisa dikupas tuntas secara substansial. Percayalah semua orang punya kesempatan yang sama untuk menjadi penulis hebat.

Semua hal bisa ditulis Begitu luasnya ilmu Tuhan, segala fenomena dalam kehidupan sehari-hari dapat dijadikan ide untuk menulis. Dan ini tergantung pada kepekaan masing-masing. Semakin Anda peka melihat semua keadaan, semakin cepat pula Anda menemukan ide yang bisa dituangkan dalam bentuk tulisan. Jangan ragu untuk belajar menulis. Tulis apa saja yang Anda pikirkan. Tulislah apa yang Anda sukai, Anda kusai, dan yang Anda pelajari.

Semua Tulisan Ada Pembacanya

Banyak pertanyaan yang singgah di benak para penulis pemula. Seperti, “Apakah tulisanku akan dibaca orang?”, “Siapa yang sudi membaca tulisan sederhanaku?”, “Apakah tulisanku sudah cukup bermanfaat bagi orang lain?”. Dan ujungnya muncul rasa tidak percaya diri untuk menulis.

Perlu digarisbawahi, Tuhan menciptakan keberagaman dalam kehidupan ini. Perbedaan pemikiran adalah suatu keniscayaan. Karenanya, tak perlu ragu untuk menulis. Justru dengan perbedaan itulah tulisan Anda sangat dibutuhkan orang lain.

Catat! Setiap tulisan pasti ada pembacanya. Jadi, mari mulailah menulis. Boleh jadi tulisan Anda berhasil mengetuk hati pembaca. Buatlah rekam jejak yang baik di dunia ini dengan karya tulis dan mari jadi penulis. Mengutip kalimat Prof. Quraish Shihab dalam nasehatnya, "Tidak ada warisan terbaik di dunia ini selain ilmu. Dan ilmu tidak akan bisa diwariskan selamanya kecuali dengan menulis".

Tidak ada komentar