Mampukah Kita Menjadi Guru dalam Kehidupan Sehari-hari?
Sedudoshare - Hari ini adalah peringatan Hari Guru Nasional. Dimana negara mengapresiasi para guru atau tenaga pendidik yang ada dimana saja di pelosok nusantara yang telah mendedikasikan dirinya untuk mencerdaskan anak-anak bangsa.
Guru hingga saat ini masih dikenang sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, ya walaupun seiring waktu pasti akan bergeser, seiring dengan banyaknya tuntutan atas kesejahteraannya. Serupa mirip dengan para veteran perang, yang mengalami hal sebaliknya meski mendapatkan tanda jasa hidupnya pun tidak begitu baik sepenuhnya.
Dihari guru tahun ini saya melihat sisi yang lain. Kita yang bukan seorang guru, yang tidak mengenyam pendidikan keguruan bisa menjadi guru dalam hidup kita sehari-hari, terhadap sesama atau teman kita, dalam relasi di pekerjaan misalnya atau relasi antar teman.
Saya mengambil contoh relasi dalam pekerjaan. Kita sering kan ditugaskan mengajarkan atau melatih atau mentransfer ilmu terhadap rekan kerja yang baru masuk. Membagi ilmu yang kita tahu, mengajarkan tentang jobdes yang harus dilakukan. Pernah melakukan itu?
Kalau saya jawab, iya pernah. Bukankah itu juga peran seorang guru? Mentransfer ilmu? Tentunya. Lalu, sudahkah menjadi guru yang baik? Apakah anak didik yang kamu ajari bisa menerima apa yang kamu ajarkan dengan baik, atau malah sebaliknya?
Tidak mudah menjadi seorang guru atau mentransfer ilmu ke orang lain. Itu kesimpulan yang saya peroleh mengamati contoh yang coba saya bagikan mengenai topik ini.
Banyak dari kita, mengajarkan sesuatu tidak dengan sabar, marah ketika apa yang kita ajarkan tidak dipahami dengan cepat dan baik. Menganggap dengan mudahnya orang yang kita ajari bodoh, tolol, lambat berpikir, tidak dapat berkembang dan sebagainya.
Kita langsung mengembalikan pada diri kita, dulu saya diajari cepat koq, langsung bisa, tidak kaya begini bla bla bla bla. Pertanyaannya, jika kamu cepat bisa, apakah langsung seketika tanpa diajari? Jika memang begitu, kamu jenius, hebat! Lalu, ada berapa banyak orang seperti anda, atau seperti Einstein di dunia ini?
Terkadang, ketika jadi pengajar dan mengajarkan sesuatu kita seringkali sombong, merasa sudah bisa dan mampu banyak hal. Sehingga ketika berbagi pengetahuan sedikit saja rasanya berat, sulit untuk sabar, belum lagi ada perasaan rugi ketika berbagi banyak hal tentang pengetahuan pada orang yang diajari.
Saya berkaca pada diri sendiri. Saya bukan orang cerdas, saya perlu orang lain untuk membantu saya mengajarkan banyak hal yang tidak saya ketahui.
Saya menyadari tidak banyak orang sabar di dunia ini. Saya pun pernah mendapatkan perlakuan dari orang-orang yang menjadi "guru" tapi tidak melakukan pekerjaannya dengan baik. Saya pernah mengalami jadi korban mereka.
Oleh karena itu, saya selalu berjanji dalam hati, cukup saya yang menjadi korban guru-guru seperti itu. Ketika saya dalam kesempatan menjadi pentransfer ilmu, saya akan berusaha membagi ilmu yang saya ketahui dengan cara yang lebih baik, jangan sampai ada orang lain mengalami apa yang pernah saya rasakan, meskipun yang saya alami tidak seextrem yang dibayangkan. Tapi setidaknya saya mencoba perlakukan 'murid' yang saya ajarkan dengan baik.
Tidak mudah menjadi seorang guru. Banyak hal lain yang perlu dikuasai selain ilmu yang akan dia ajarkan. Memahami ilmu psikologis pun saya rasa penting. Perlu kesabaran, keuletan, kejujuran, rendah hati, baik hati, serta kreatifitas yang tinggi mensiasati bagaimana supaya transfer ilmu tersampaikan dengan baik.
Tahun lalu saya merefleksikan hari guru ketika saya mendapatkan kisah dari teman saya yang seorang guru sekolah pre-school. Dimana di sana anak-anak diajar oleh mereka yang tidak paham tentang psikologi anak.
Mampukah menjadi 'guru' yang baik ditengah masyarakat? Haruslah mampu, jika kita adalah orang yang ingin hidup bermanfaat bagi orang lain.
Nah, bagi yang memang berkecimpung menjadi seorang guru, hal ini harus diperhatikan lebih lagi. Karena jika guru tidak bekerja dengan hati, hanya sekedar bekerja untuk mata pencaharian, maka tidak ada manfaat apapun yang bisa dibagikan. Jadilah guru yang baik, bekerja dengan hati, sabar, penuh dedikasi, keuletan, kejujuran, rendah hati dan bekerja tanpa pamrih. Itulah guru yang layak mendapatkan gelar "pahlawan tanpa tanda jasa", karena jasanya akan terkenang dengan sendirinya ketika melihat bangsanya maju, karena bangsa yang maju lahir dari anak-anak bangsa yang dididik dengan baik.
Dihari guru nasional tahun ini, refleksi bagi saya pribadi, belajar menjadi guru yang baik, dalam berbagi ilmu pada siapapun, dan lakukan dengan sepenuh hati. Refleksi ini muncul ketika melihat ada teman kerja baru, yang dalam proses pelatihannya mendapatkan perlakuan dan pelatihan yang tidak sepenuh hati, pada akhirnya hanya ungkapan negatif yang keluar menganggap bodoh orang yang diajari. Ya realita kehidupan kita saat ini.
Selamat Hari Guru Nasional 2019, untuk teman-teman yang saya kenal, yang telah memilih mendedikasikan hidupnya menjadi seorang guru, baik guru PNS, guru honorer, guru swasta dan guru lainnya. Lakukan pekerjaan mu dengan hati dan berdedikasi penuh, bukan sekedar untuk mencari penghasilan tapi demi tujuan yang lebih mulia.
Selamat Hari Guru Nasional, Merdeka!!!
Selamat Hari Guru Nasional, Merdeka!!!
Tidak ada komentar