[Intermeso] Klimaks Saya Dengan Buku
[Intermeso] Akhirnya saya memberanikan diri untuk menulis uneg-uneg yang kelamaan diperam di dada soal menulis resensi. Aslinya saya sangat terbebani ketika harus menulis resensi buku yang selesai saya baca, harus bagus. Harus pakai aturan resensi yang ini itu, harus pakai kalimat efektif, harus memiliki nyawa, bahkan harus kerasa ilmiah. Persetan dengan itu semua sebab saya masih belajar menulis.
Pernah kapan waktu saya mau ikutan lomba resensi dan berujung nggak jadi ikut karena stres begitu harus membuat resensi. Sudah bacaan saya terbilang sastra berat, ditambah saya harus membuat resensi super menarik, super cerdas, supaya bisa jadi juara. Sayang seribu sayang, saya kalah sebelum perang. Saya mentok nggak bisa mikir harus menulis resensi mulai dari mana, harus bahas apaan, harus menyoroti dan mengkritisi bagian apanya dan harus menggunakan format yang bagaimana.
Efek besar dari perfeksionis ini saya jadi jarang memposting artikel resensi. Buah dari kebuntuan ketika membuat resensi yang harus memenuhi kriteria sempurna. Saya sudah membaca beberapa judul buku dan selalu berujung resensinya dihapus karena merasa jelek mulu, sampai dengan sekarang buku tadi belum bisa bersanding dengan resensinya. Akhirnya mangkrak dan terpaksa buku tadi masuk ke kategori buku yang harus dibaca ulang.
Sejak saat ini, saya memang harus sedikit berkompromi dengan proses menulis. Enggak perlu muluk-muluk harus bagus banget, yang penting bisa menyampaikan kesan setelah baca dengan versi saya yang sesungguhnya. Sedikit memberikan toleransi kepada tulisan saya supaya bisa jadi, tanpa memasang standar tinggi. Sebab standar tadi justru bisa balik membunuh kebiasaan dan latihan menulis.
Lalu apa kabar dengan belajar menulis yang baik? Saya memercayai kalau proses akan memoles kemampuan. Saya percaya pribahasa 'Alah bisa karena biasa'. Dengan banyak membaca dan menuliskan lagi, kemampuan membaca dan menulis akan terasah hingga runcing. Sambil berproses, saya akan memperbaiki sisi-sisi yang bisa diperbaiki.
Sebagai penutup, saya ingin menekankan jika akhirnya blog ini akan menjadi sangat personal menjembatani saya sebagai pembaca dengan buku yang saya baca. Kemudian resensi hanya menjadi bentuk klimaks dari hubungan saya dan buku. Ibarat pengantin baru di malam pertamanya, kedua pihak tidak perlu menuntut kesempurnaan suatu momen. Sebab masih ada banyak waktu untuk menambahkan kesan-kesan baik di malam-malam berikutnya.
Tidak ada komentar