Breaking News

Masjid An Nur Menyanan Kawasan Pecinan, Dipercaya sebagai Peninggalan Pangeran Diponegoro


Shalatullah salamullah, 'ala Thaha Rasulillah
Shalatullah salamullah, 'ala Yasin Habibillah
Tawasalna bibismillah, wa bilhadi Rasulillah,
wa kulli mujahidin lillah, bi ahli badri, ya Allah...

Sedudoshare - SENANDUNG Shalawat Badar mengalun menyambut suasana sore Kota Semarang bertambah redup. Kesibukan para kuli panggul di Jalan Beteng, Kawasan Pecinan mulai berangsur sepi. Aroma hio bakar, asap lilin, dan minyak pun tercium dengan jelas. Beberapa kuli panggul yang tengah istirahat di depan toko yang sudah tutup pun bergegas menuju ke suara shalawat berasal.

Melintasi Jalan Beteng, suasana oriental pun terasa dengan pemandangan rumah kuno Tionghoa mendominasi kawasan itu. Oleh karenanya, kawasan di sepanjang jalan itu tetap termasuk Kawasan Pecinan. Orang awam yang sekali melintas, mungkin juga tidak pernah tahu jika di tengah kawasan itu berdiri sebuah masjid.

Dari Jalan Beteng, memang tidak nampak, karena untuk melihat kubah masjid, terhalang dengan tingginya bangunan toko yang berjajar di tepi jalan itu. Papan nama terbuat dari lempengan seng yang dicat putih dan ditempel di sebuah gang menjadi petunjuk jika di daerah itu berdiri sebuah masjid. Masjid An Nur Jalan Beteng, Kampung Menyanan Kecil 309 Semarang, demikian tulisan yang tertulis dengan cat hitam dengan beberapa bagian yang sudah mulai karatan.

Para kuli panggul pun bergegas memasuki gang yang memiliki lebar kurang dari dua meter. Mereka langsung meletakkan beberapa pakaian di pintu masuk dan mengambil air untuk wudhu. Suara shalawat masih mengalun dari muadzin. Beberapa warga yang baru saja membeli aki di toko yang ada di depan masjid itupun terlihat bergegas pula memasuki masjid setelah berwudhu.


Iqomat pun dilantunkan setelah salah seorang warga yang biasa menjadi imam di masjid itu hadir. Shalat Ashar pun dilakukan berjamaah yang diikuti dua shaf penuh. Polisi berseragam yang baru saja mengamankan obyek vital di Kawasan Pecinan juga nampak menjadi makmum.

Dari cerita yang beredar di tengah masyarakat, Masjid An Nur merupakan peninggalan Pangeran Diponegoro. Akan tetapi bukti sejarah yang otentik tidak ditemukan. Sesepuh Kampung Menyanan H Imam Syafii menuturkan, sebelum menjadi masjid, bangunan itu hanya mushala dengan ukuran hanya 3 x 3 meter.

''Kalau bangunan asli masih ada, enam pilar dan pengimaman dengan tulisan nama-nama Sahabat Nabi Muhammad Saw. Abu Bakar as Shidiq, Umar bin Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Dua makam di samping kiri juga sudah dipindah dan kini ditutup keramik,'' tuturnya, kemarin.

Menurutnya pula, mushala itu pernah hilang namun kemudian ditemukan lagi sekitar 1967. Saat ditemukan kondisinya sangat memprihatinkan. Tersembunyi diantara gedung-gedung tinggi. Pada 1993 banguan kuno itupun direhab.

Salah satu imam Masjid An Nur, Muhammad Kodirun (45) menambahkan, selama ramadan, masjid Annur melakukan kegiatan yang hampir sama dengan masjid-masjid lainnya, shalat tarawih dan tadarus.

''Warga asli disini juga sudah mulai habis. Rumah juga tinggal enam, karena sudah dibeli Yayasan Kebondalem. Gang di depan masjid sudah buntu, dulu tembus hingga jalan di dekat SMA Kebondalem. Masjid ini menjadi satu-satunya masjid di Kawasan Pecinan, dan harus dilestarikan. Suara azan jangan sampai hilang,'' tutur bapak tiga anak yang sehari-hari berjualan nasi goreng keliling itu saat ditemui usai shalat Ashar.

Tidak ada komentar