Pembekalan Cara Mendidik Anak Menurut Islam
Mengajari aklak budipekerti sang buah hati sesuatu yang sangat terpuji dan muliya meskipun dalam kenyataanya sangat tidak mudah untuk dipraktekan.
Tentunya sebagai orang tua sangat berperan sekali dalam hal mendidik mengasuh memperhatikan dan mencontohi secara langsung tabiat yang sudah diajarkan oleh Allah dan Rosulnya.
Tentunya sebagai orang tua sangat berperan sekali dalam hal mendidik mengasuh memperhatikan dan mencontohi secara langsung tabiat yang sudah diajarkan oleh Allah dan Rosulnya.
Anak kita adalah amanah dari Allah yang wajib bersama-sama kita semua awasi dijaga dan dibina yang tentunya harus melibatkan beberapa peran lima unsur sebab bila sampai lengah maka dipastikan akan menjadi fitnah yang besar.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an :
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu adalah bisa menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka…” (QS. at-Taghabun: 14).
Pengertian “menjadi musuh bagimu” adalah “melalaikan kamu dari melakuakan amal shalih dan bisa menjerumuskanmu ke dalam perbuatan maksiat.”
Beberapa Faktor yang Memicu Kenakalan Anak
Termasuk sebab utama yang memicu penyimpangan akhlak pada anak, dan umumnya semua manusia yaitu godaan setan, karena sebenarnya iblis telah bersumpah di hadapan Allah untuk menyesatkan manusia dan jin dari jalan-Nya yang lurus.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Iblis (setan) berkata, ‘Karena Engkau telah menghukumi saya tersesat, sungguh saya akan menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat kepada-Mu).’”
(QS. Al-A’raf: 16-17).
(QS. Al-A’raf: 16-17).
Jadi sebenarnya ada dua faktor yang mempengaruhi sifat dan prilaku seseorang yaitu faktor dari dalam diri seorang anak karena hawanafsu yang ditimbulkan oleh godaan setan sedang faktor yang lain yaitu dari lingkungan sekitar diantaranya ialah;
Pertama, pengaruh lingkungan keluarga atau didikan orang tua
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua gulam dilahirkan di atas fithrah (kecenderungan menerima kebenaran Islam dan tauhid), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya (beragama) Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan dan diperlukan agar anak-anak kita menjadi anak yang sholih dan sholihah menjadi insan yang beriman.
Contohnya jika seorang ibu tidak memakai hijab (pakaian yang menutup aurat), tidak menjaga kehormatan dirinya, sering keluar rumah (tanpa ada alasan yang dibenarkan agama), suka berdandan dengan menampakkan (kecantikannya di luar rumah), senang bergaul dengan kaum lelaki yang bukan mahram-nya, dan lain sebagainya, maka ini (secara tidak langsung) merupakan pendidikan (yang berupa) praktik (nyata) bagi anaknya, untuk (mengarahkannya kepada) penyimpangan (akhlak) dan memalingkannya dari pendidikan baik yang membuahkan hasil yang terpuji, berupa (kesadaran untuk) memakai hijab (pakaian yang menutup aurat), menjaga kehormatan dan kesucian diri, serta (memiliki) rasa malu. Inilah yang dinamakan ‘pengajaran pada fitrah (manusia)’.”
Kedua, pengaruh lingkungan dan teman bergaul yang buruk
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, “Perumpamaan teman duduk (bergaul) yang baik dan teman duduk (bergaul) yang buruk (adalah) seperti pembawa (penjual) minyak wangi dan peniup al-kiir (tempat menempa besi). Maka, penjual minyak wangi bisa jadi memberimu minyak wangi atau kamu membeli (minyak wangi) darinya, atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang harum darinya. Sedangkan peniup al-kiir (tempat menempa besi), bisa jadi (apinya) akan membakar pakaianmu atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang tidak sedap darinya.”
Disinilah perlunya pengawasan yang extra untuk anak-anak kita dalam menjaga pergaulan dengan lingkungan baik di masyarakat, tetangga dekat atau dari lingkungan sekolah, oarang tua harus tahu dan selalu mengontrol setiap yang mencurigakan terhadap anak-anak kita.
Ketiga, sumber bacaan dan tontonan
Anak kita diibaratkan kertas putih yang masih belum ada coretan yang karakternya benar-benar masih polos, sehingga cenderung mudah terpengaruh dan mengikuti apa pun yang dilihat dan didengarnya dari sumber bacaan atau berbagai tontonan.
Oleh karena itulah, metode pendidikan dengan menampilkan contoh figur untuk diteladani adalah termasuk salah satu metode pendidikan yang sangat efektif dan bermanfaat.
Beberapa contoh cara mendidik anak yang nakal
Syariat Islam yang agung mengajarkan kepada umatnya beberapa cara pendidikan bagi anak yang bisa ditempuh untuk meluruskan penyimpangan akhlaknya. Di antara cara-cara tersebut adalah:
Pertama, teguran dan nasihat yang baik Ini termasuk metode pendidikan yang sangat baik dan bermanfaat untuk meluruskan kesalahan anak. Metode ini sering dipraktikkan langsung oleh pendidik terbesar bagi umat ini, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, misalnya ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang anak kecil yang ketika sedang makan menjulurkan tangannya ke berbagai sisi nampan makanan, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah (sebelum makan), dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah (makanan) yang ada di hadapanmu.“
Syariat Islam yang agung mengajarkan kepada umatnya beberapa cara pendidikan bagi anak yang bisa ditempuh untuk meluruskan penyimpangan akhlaknya. Di antara cara-cara tersebut adalah:
Pertama, teguran dan nasihat yang baik Ini termasuk metode pendidikan yang sangat baik dan bermanfaat untuk meluruskan kesalahan anak. Metode ini sering dipraktikkan langsung oleh pendidik terbesar bagi umat ini, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, misalnya ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang anak kecil yang ketika sedang makan menjulurkan tangannya ke berbagai sisi nampan makanan, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah (sebelum makan), dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah (makanan) yang ada di hadapanmu.“
Serta dalam hadits yang terkenal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada anak paman beliau, Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, “Wahai anak kecil, sesungguhnya aku ingin mengajarkan beberapa kalimat (nasihat) kepadamu: jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka Dia akan menjagamu, jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka kamu akan mendapati-Nya dihadapanmu.” .
Demikianlah bimbingan yang mulia dalam syariat Islam tentang cara mengatasi penyimpangan akhlak pada anak, dan tentu saja taufik untuk mencapai keberhasilan dalam amalan mulia ini ada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, banyak berdoa dan memohon kepada-Nya merupakan faktor penentu yang paling utama dalam hal ini.
Tidak ada komentar