Kunci Untuk Menjaga Haji Kita Tetap Mabrur
Prof Dr H Muslich Shabir MA, Dosen IAIN Walisongo Semarang, mengatakan haji mabrur merupakan haji yang dilaksanakan dengan niat karena Allah semata, dengan biaya yang halal dan mengerjakan segala ketentuan berhaji dengan sempurna. Haji itu tidak dicampuri pula dengan perbuatan dosa, sunyi dari riya’ dan tidak dinodai dengan kata-kata kotor (rafats), perbuatan yang melanggar aturan (fusuq) dan tidak berbantah-bantahan (jidal).
ولله على الناس حج البيت من استطاع إليه سبيلا
“Dan bagi Alloh wajib atas manusia hajji ke Baitulloh yaitu bagi orang-orang yang mampu jalannya (bekalnya)”
Kebalikan haji mabrur adalah haji mardud, yakni haji yang dibiayai dengan dana tidak halal dan yang biasa dimakan juga dari hasil yang haram. Ketika orang yang seperti itu mengucapkan talbiyah, Allah menjawabnya: ”Tidak ada labbaik dan tidak ada keberuntungan atasmu karena apa yang kamu makan dan apa yang kamu pakai itu haram sedangkan hajimu mardud (ditolak)”.
Haji mabrur merupakan hasil maksimal yang didambakan oleh setiap jama’ah haji karena haji yang seperti itu menjamin pelakunya untuk masuk surga. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dinyatakan bahwa haji mabrur itu tidak ada balasan lain kecuali surga, dan kemabruran haji itu ditandai dengan memberikan makan dan menyebarkan kedamaian.
أَخْبَرَنَا أَبُو الْقَاسِمِ ، قَالَ : أنا أَبُو الْقَاسِمِ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مُحَمَّدٍ السَّرَّاجُ ، قَالَ : ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ الأَصَمُّ ، قَالَ : أنامُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الْحَكَمِ ، قَالَ : أنا أَيُّوبُ بْنُ سُوَيْدٍ ، ثنا الأَوْزَاعِيُّ ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، قَالَ : سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " مَا بِرُّ الْحَجِّ ؟ قَالَ : إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَطَيِّبُ الْكَلامِ " . هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ مِنْ حَدِيثِ مُحَّمَدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ فِي الْمُسْنَدِ عَنْ طَلْحَةَ ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ
Oleh karena itu, jawaban dari pertanyaan, ”apa yang harus dilakukan seseorang sekembalinya dari ibadah haji?” adalah menjaga dan memelihara kemabruran haji dengan mengupayakan peningkatan kualitas keberagamaan, dalam tataran iman, ibadah, amal saleh, maupun akhlak. Kemabruran haji yang telah diperoleh oleh setiap jamaah harus selalu dijaga supaya ia benar-benar bisa mencapai husnul khatimah ketika sakaratul maut. Dengan demikian, dia akan selalu meninggalkan akhlak yang tercela. Ditinggalkannya semua perbuatan yang menyimpang dari hukum Allah maupun hukum negara. Dia jauhi semua yang haram bahkan yang syubhat sekali pun.
تابعوا بين الحج والعمرة ، فإنهما ينفيان الفقر والذنوب كما ينفي الكير خبث الحديد والذهب والفضة ، وليس للحجة المبرورة ثواب إلا الجنة ( رواه الترمذي وقال : حسن صحيح ، ورواه ابن حبان وابن خزيمة في صحيحيهما)
“Kerjakanlah secara urut antara haji dan umrah, maka keduanya menghilangkan kefakiran dan dosa, sebagaimana pandai besi menghilangkan kotoran besi, emas dan perak. Dan tidak ada pahala haji mabrur selain surga.”(HR. Tirmidzi dan beliau berkata: hadits hasan shahih. Dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah dalam kitab shahih mereka)
Apabila dia seorang pedagang maka dia akan berdagang secara jujur. Apabila dia seorang pejabat, maka dia akan menjalankan amanah itu dengan sebaik-baiknya dan menjauhi perbuatan korupsi sekecil apa pun; begitu seterusnya. Untuk menjaga kemabruran haji dalam hal ubudiyah, dapat diaktualisasikan melalui beberapa tahapan, baik ubudiyah yang bersifat mahdhoh (ibadah murni) atau ghairu mahdhoh (ibadah yang tidak murni). Indikasi kemabruran haji dalam hal ubudiyah yaitu adanya peningkatan ibadah dan nampak pada kepribadian seseorang yang berhaji. Bila selama di tanah suci begitu semangat melaksanakan shalat jamaah di masjid, bahkan hampir tidak ada shalat yang tidak dilaksanakan dengan berjamaah, maka sekembalinya dari tanah suci, kebiasaan yang baik itu perlu dilanjutkan. Selain itu, shalat wajib lima waktu akan selalu dilaksanakan tepat pada waktunya dan diusahakan dapat shalat berjamaah di masjid, bahkan ditambah dengan shalat-shalat sunah.
Ringkasnya, orang yang menyandang predikat haji mabrur akan memulai hidupnya dengan lembaran baru sepulangnya dari Tanah Suci. Sehingga, akan sangat terasa manfaatnya bagi keluarga dan masyarakat. Keluarga akan menjadi lebih damai, teduh, dan bahagia. Masyarakat secara keseluruhan pun akan menjadi masyarakat madani yang selalu sadar terhadap kebesaran Allah SWT.
Tidak ada komentar