Gunung Merapi via Deles
Sedudoshare - Gunung Merapi merupakan gunung yang wilayahnya berada di 2 provinsi dan 4 Kabupaten, Jawa Tengah (Boyolali, Klaten, Magelang) dan DIY (Sleman). Tinggi gunung ini pun berubah-ubah seiring dengan aktivitas dari gunung Merapi dikarenakan lokasi kawah yang berada di sekitar puncak. Tinggi dari gunung ini yang biasa disebutkan di dunia maya adalah 2965 mdpl, sedangkan pada peta RBI dari foto udara 1993/1994 tingginya hanya 2941 mdpl, dan dari peta Belanda tahun 1939 tinggi gunung tersebut hanya 2911 mdpl.
Gunung Merapi mempunyai beberapa rute pendakian, seperti rute Selo, Babadan, Kinahrejo, Deles, dan Cluntang. Jalur Selo Merupakan jalur paling terkenal, tercepat, terpopuler, dan yang paling gampang, serta jalur paling aman. Jalur Babadan juga lumayan populer (dulu), tapi kemudian jalur ini putus dan sangat sulit untuk dilewati (saya juga belum pernah :p). Jalur Kinahrejo sama nasibnya dengan jalur Babadan yang sudah putus dan menjadi jalur yang berbahaya. Jalur Cluntang... jalur yang aman, tidak terlalu terkena dampak letusan tapi tidak terkenal dan bahkan saya belum pernah membaca catper pendakian dari jalur ini -_-;). Jalur Deles.... baca saja deh :p
Awal Pendakian
Seperti saat mendaki ke Sindoro, saya melakukan pendakian ini dengan 3 personil saja, mbak M dan mas S. Alasan ingin lewat jalur ini karena saya pernah lihat foto di bc Selo dan diceritain kalo jalur ini gak terlalu kena efek letusan. Mengingat jalur ini termasuk jarang dilalui dan belum ada yang pernah, maka saya menyarankan agar mendaki siang hari. Berkumpul di kediaman mas S di daerah Ngaglik, Sleman, kami pun meluncur ke arah Deles dengan 2 sepeda motor.
Untuk mencapai Deles sangatlah mudah, paling mudah ya lewat jalan Jogja – Solo, di wilayah Klaten banyak petunjuknya kok, mengingat Deles merupakan tempat wisata. Perjalanan dimulai dari warung bu Mardiyah (?), motor pun dititipkan di sana. Warung ini terletak di dusun Deles di tempat melihat jurang (gak tahu namanya, pokoknya lebih atas dari guajepang).
Untuk mencapai Deles sangatlah mudah, paling mudah ya lewat jalan Jogja – Solo, di wilayah Klaten banyak petunjuknya kok, mengingat Deles merupakan tempat wisata. Perjalanan dimulai dari warung bu Mardiyah (?), motor pun dititipkan di sana. Warung ini terletak di dusun Deles di tempat melihat jurang (gak tahu namanya, pokoknya lebih atas dari gua
Perjalanan di mulai dengan rasa agak malu dikarenakan sepertinya banyak orang (lagi wisata) yang melihat kami. Menyusuri jalan aspal menanjak terus dan akhirnya bingung kapan lewat jalan tanahnya. Usut punya usut ternyata di atas ada basecampnya dan lokasinya dah beda desa -___-;). kalau tahu gini kan dari awal langsung ke basecamp aja gak usah pakai capek-capek lewat jalan aspal ditambah malu :p. Basecampnya ada di Pajegen, desa Tegalmulyo.
Rute Perjalanan
Etape I
Jalur pendakian terdapat di dekat basecamp, melewati sedikit rumah penduduk lalu menyusuri hutan lamtoro dengan sebelah kanan jalur air. Awal-awal masih gampang lah sampai bertemu dengan persimpangan pertama tanpa petunjuk, dipilihlah jalur yang mengarah ke utara naik punggungan, dilihat dari atas, jalur yang satunya mengarah ke punggungan lain.
Beberapa saat kemudian menemukan persimpangan lagi yang tanpa petunjuk, dan dipilih yang melalui pinggir sungai dan ketemu simpangan lagi dengan kondisi tanpa petunjuk lagi, kali ini dipilih yang naik punggungan. Setelah itu menyusuri punggungan sampai suatu titik dan jalan menjadi menurun pindah ke punggungan lain dan berakhir bingung :p, walhasil harus balik lagi ke punggungan sebelumnya -___-;).
Ternyata sebelum jalan menurun terdapat jalan lurus yang tertutup rerumputan (walah). Beberapa saat kemudian terlihat di bawah terdapat semacam shelter dan terdapat jalan menanjak ke tempat kami, sepertinya jalan yang benar adalah setelah sungai ambil jalan yang satunya. Sepertinya itulah POS I.
Beberapa saat kemudian menemukan persimpangan lagi yang tanpa petunjuk, dan dipilih yang melalui pinggir sungai dan ketemu simpangan lagi dengan kondisi tanpa petunjuk lagi, kali ini dipilih yang naik punggungan. Setelah itu menyusuri punggungan sampai suatu titik dan jalan menjadi menurun pindah ke punggungan lain dan berakhir bingung :p, walhasil harus balik lagi ke punggungan sebelumnya -___-;).
Punggungan tipis di sebelah barat (di baliknya ada kali Gendol) |
Etape II
Beberapa saat kemudian saya melihat untuk pertama kalinya petunjuk arah bertuliskan GAM (Gabungan Anak Merapi ?), sayangnya tidak berada di persimpangan. Mas S pun berencana kapan-kapan naik lagi dan bikin petunjuk seperti itu, mumpung petunjuknya masih sedikit. Naik naik naik sampai juga di persimpangan yang lagi-lagi tanpa petunjuk -__-;). Pertama ambil lurus, kemudian bingung, karena tidak ingin bernasib seperti sebelumnya balik dan belok ke simpang yang satunya. Ditelusuri jalur tertutup semak-semak, saya sempat ragu tapi masih bisa dilanjutin. Jalan pun menanjak tajam, > 45 derajad, dengan jalur yang gak begitu jelas, pokoknya nanjak.
Yang bikin seram adalah sebelah kiri merupakan jurang Kali Woro yang sepertinya > 1 hm, kalau jatuh jangan harap gampang diangkat -___-;). Setelah tanjakan yang melelahkan sampailah di atas dan melihat jalur lain yang sepertinya mengarah ke jalur satunya. Sejurus kemudian sampailah di tempat lumayan bisa buat nge-camp, tapi bukan POS II (tahu setelah searching-searching lagi :p)
Yang bikin seram adalah sebelah kiri merupakan jurang Kali Woro yang sepertinya > 1 hm, kalau jatuh jangan harap gampang diangkat -___-;). Setelah tanjakan yang melelahkan sampailah di atas dan melihat jalur lain yang sepertinya mengarah ke jalur satunya. Sejurus kemudian sampailah di tempat lumayan bisa buat nge-camp, tapi bukan POS II (tahu setelah searching-searching lagi :p)
Jurang Kali Woro |
Etape III
Dari tempat sebelumnya, jalur menjadi agak menurun, kemudian agak belok ke kanan. Jalur yang ada gak begitu terlihat karena tertutup semak-semak dan akhirnya sampai di bawah batu besar. Dari bawah, jalur yang ada adalah naik terus menyeberangi batu (awas licin), setelah itu menanjak lagi -___-;). Skip, skip, skip, sampailah di tempat terbuka cukup satu tenda walau gak begitu terlindung. karena dah gelap diputuskan mendirikan tenda. Lokasi ini adalah tempat in Memoriam dari Heri Wasito. Ketika dah leyeh-leyeh, setelah melihat trek yang tadi, rencana buat bikin petunjuk jalan sepertinya harus diurungkan. Malam pun diakhiri dengan tidur dengan hujan yang turun.
Setelah matahari muncul kembali, ternyata di samping barat tenda masih jurang kali Woro. Siap-siap, beres-beres, skip-skip, jalur yang ada kembali menurun dan naik lagi. Ternyata di bukit yang dinaiki ini, berdirilah (gak ada yang berdiri sih) POS II dengan bangunan antena dan solar sel sebagai tempat mengawasi aktivitas Merapi.
Menyisir punggungan |
Etape IV
Dari POS II (dari bawah juga terlihat sebenarnya), terlihat punggungan bukit-bukit berderet hingga Merapi, ya, itulah jalur yang harus dilewati -___-;). Di depan POS II dah menanti punggungan, intinya naik, menyibak-nyibak ilalang yang menutup jalur, kalau gak kuat nanjak pakai dengkul nanjaknya, kalau gak kuat lagi cari pegangan tapi kalau salah dapat pegangan arbei liar yang berduri -___-;).
Skip skip skip setelah beberapa tanjakan dan sedikit turunan, jalur berikutnya yang harus dilalui ternyata terkena longsor. Agak buka-buka tanaman buat melewati longsoran yang memang berbahaya jika harus langsung melewati longsoran karena terjalnya lereng. Setelah itu sampailah di punggungan yang lumayan terbuka, tapi tetap saja jalur masih tertutup ilalang -__-;).
Skip skip skip setelah beberapa tanjakan dan sedikit turunan, jalur berikutnya yang harus dilalui ternyata terkena longsor. Agak buka-buka tanaman buat melewati longsoran yang memang berbahaya jika harus langsung melewati longsoran karena terjalnya lereng. Setelah itu sampailah di punggungan yang lumayan terbuka, tapi tetap saja jalur masih tertutup ilalang -__-;).
Setelah turunan dan tanjakan lagi, sampailah di daerah berbatu. Jalur yang dilalui adalah melalui sisi kiri batu dan di sini adalah vandalisme pertama yang saya lihat. Saya kira di sini adalah tempat watulawang, ternyata bukan (dah banyak berharap -___-;). Sedikit turun dari area batu, langsung dihadapkan dengan tanjakan lagi, dah ketutup, licin, banyak yang berduri, sempit, dan satu-satunya jalur yang ada. Setelah sampai puncak bukit, terlihat tantangan selanjutnya, sebuah bukit sebelum mencapai perbatasan vegetasi. Di tempat ini jugalah lokasi tempat bertemunya jalur Deles dengan jalur Cluntang.
Bukit yang telah dilewati |
Etape V
Sedikit turun dengan sebelah kanan jurang sungai yang curam dengan pipa-pipa panjang melintasi sisi-sisi tebing pembatas yang curam yang kadang melewati bekas longsoran kemudian seperti biasa, diikuti dengan tanjakan.
Di suatu lokasi, jalur menghilang, pikirnya jalur bakal lewat puncak punggungan lalu turun lagi, ternyata setelah sampai di puncak yang berbatu jalur kembali menghilang walau ada beberapa vandalisme yang membuat asumsi itu adalah jalur yang benar. Mbak M menyarankan menuruni batu, tapi kok agaknya meragukan, batunya kelihatan tinggi, dan ternyata setelah dilihat-lihat dari atas jalurnya melalui sisi kiri puncak bukit, akhirnya kembali lagi ke titik sebelumnya.
Di titik sebelumnya jalur benar-benar menghilang tertutup ilalang yang dah benar-benar tinggi. Agak naik dikit menerobos semak, mencoba melihat-lihat kalau ada bagian yang gak ketutup, dan benar saja di depan ada jalurnya. Turunan dua meteran yang ketutup paku-pakuan dan ilalang tinggi yang entah ada apa dibaliknya dituruni dan diterobos menuju jalan yang benar :p.
Jalur lalu menurun licin tanpa ilalang, hanya cantigi, kemudian naik lagi dan sampailah di tempat dengan batu yang berlubang besar, inilah Watulawang (kalau di peta nyebutnya Batulawang, yah karena Merapi di Jawa ya saya nyebutnya watu walau saya tahunya watubolong -___-;).
Di suatu lokasi, jalur menghilang, pikirnya jalur bakal lewat puncak punggungan lalu turun lagi, ternyata setelah sampai di puncak yang berbatu jalur kembali menghilang walau ada beberapa vandalisme yang membuat asumsi itu adalah jalur yang benar. Mbak M menyarankan menuruni batu, tapi kok agaknya meragukan, batunya kelihatan tinggi, dan ternyata setelah dilihat-lihat dari atas jalurnya melalui sisi kiri puncak bukit, akhirnya kembali lagi ke titik sebelumnya.
Di titik sebelumnya jalur benar-benar menghilang tertutup ilalang yang dah benar-benar tinggi. Agak naik dikit menerobos semak, mencoba melihat-lihat kalau ada bagian yang gak ketutup, dan benar saja di depan ada jalurnya. Turunan dua meteran yang ketutup paku-pakuan dan ilalang tinggi yang entah ada apa dibaliknya dituruni dan diterobos menuju jalan yang benar :p.
Jalur lalu menurun licin tanpa ilalang, hanya cantigi, kemudian naik lagi dan sampailah di tempat dengan batu yang berlubang besar, inilah Watulawang (kalau di peta nyebutnya Batulawang, yah karena Merapi di Jawa ya saya nyebutnya watu walau saya tahunya watubolong -___-;).
Dari Batulawang, jalur menanjak datar dan terlihatlah puncak Batulawang yang berbatu dan sebelumnya dinaiki, dan ternyata memang gak bisa dituruni dari atas karena benar-benar tinggi. Beberapa saat kemudian sampailah di batas vegetasi. Sedikit menanjak, terdapat bekas tempat antena dan solar sel untuk mengamati Merapi yang sudah rusak. Menanjak lagi sampailah di Pusunglondon. Dari Pusunglondon hanya menurun dan sampailah dipertemuan jalur Seloketika maghrib, Pasar Bubrah.
Gunung Batulawang dari batas vegetasi |
Last Etape
Sebenarnya kami tidak mendaki ke puncak Merapi dan memutuskan turun melalui jalur Selo karena sudah malam, sudah capek, dan sudah ngomong kalau cuma mo dua hari, dan saya sudah pernah jadi nggak terlalu masalah :p dan bila mo balik lewat Deles lagi jalurnya ya gitchu dech :p. Dan ternyata pas mau ngambil motor, si ibu dah mau laporin ke SAR :p (maaf ya dah buat khawatir, habis jalurnya bener-bener !@#$%).
Akan tetapi, karena ada barang saya yang jatuh pas turun, dan ada yang ngajak naik lagi, ya mari saja sekalian kalau-kalau barang yang jatuh bisa ditemukan (walaupun ndak ketemu). Anggotanya nambah 3 orang, mbak Z, mas R, dan mas A.
Akan tetapi, karena ada barang saya yang jatuh pas turun, dan ada yang ngajak naik lagi, ya mari saja sekalian kalau-kalau barang yang jatuh bisa ditemukan (walaupun ndak ketemu). Anggotanya nambah 3 orang, mbak Z, mas R, dan mas A.
Etape terakhir adalah jalur menuju puncak, jalur yang ada berupa daerah pasir yang melorot kalau diinjak. Orang-orang pada umumnya melalui jalur agak sebelah timur, melewati pasir-pasir hingga ke daerah dengan wilayah berbatu yang dah mantap.
Dari daerah berbatu sudah lumayan gampang, tinggal menanjak terserah mo lewat mana nanti akhirnya sampai di puncak seberang kawah yang sepertinya dulu masih dilokasi kawah mati. Di puncak terserah mo ngapain, mo poto-poto atau mau ke puncak tertinggi, atau mo terjun ke kawah ya terserah :p.
Dari daerah berbatu sudah lumayan gampang, tinggal menanjak terserah mo lewat mana nanti akhirnya sampai di puncak seberang kawah yang sepertinya dulu masih dilokasi kawah mati. Di puncak terserah mo ngapain, mo poto-poto atau mau ke puncak tertinggi, atau mo terjun ke kawah ya terserah :p.
Kondisi Puncak Merapi |
Ending
Dari semua jalur gunung yang pernah saya lalui, sepertinya jalur Merapi via Deles ini yang paling susah melebihi Sumbing, Lawu via Cetho, dan Semeru, alasannya yang paling ngehek adalah jalur yang tertutup ilalang dengan tanjaknnya yang yahud dan licin. Sebagai saran aja, kalau mo naik lewat sini lebih baik pas gak hujan dan lebih-lebih kalau dah rame yang pake rute ini (jalur bakalan kelihatan deh) dan bawa anggota yang pernah lewat sini (biar gak nyasar terutama di bawah) ditambah tutupi kulit buat ngindari duri (sarung tangan, kaos kaki, celana panjang, dll) :p.
Tambahan
Nemu dari inet, titik-titik di jalur Deles yang dilalui (kok dulu pas mau naik gak nemu ya)
1 Pajegan (Lewat)
2 Rong Tikus (Entah di mana)
3 Pos I (Kayaknya itu deh...)
4 Pos Bayangan (yang itu pa?)
5 Nisan Pohon makam ass. Bupati Boyolali 1965 (Entah)
6 Monumen Heri Ceper (Tempat nge-camp)
7 Pos II (Lewat dong)
8 Camp Yoyok (Mbuh)
9 Pos III (Ng....)
10 Watu Bulus (Mana lagi, katanya dulu ada kerangka pertapa yang ditemukan mati di sini)
11 G. Batu Lawang (Pasti lewat)
12 Pos IV (batas vegetasi)
Tidak ada komentar