Breaking News

Korindo Group


Sedudoshare - Korindo Group: PT Berkat Citra Abadi, PT Dongin Prabhawa, PT Inocin Abadi, PT Balikpapan Forest Indo, PT Indosawit Lestari

Deskripsi Perusahaan:

Korindo adalah sebuah perusahaan Korea yang telah beroperasi di Indonesia sejak 1969, awalnya di bidang perkayuan di Kalimantan. Perusahaan ini mengelola hutan industri yang luas di Kalimantan tapi juga melakukan diversifikasi ke bidang lain, seperti industri berat (antara lain konstruksi turbin dan bus), keuangan, dan real estate.

Dimiliki oleh:

Korindo adalah sebuah perusahaan non-publik. Pimpinannya Seung Eun-Ho, adalah juga pimpinan dari induk perusahaannya Donghwa, adalah pemegang saham terbesar dari Korindo.

Rencana di Merauke:

Korindo telah memiliki izin menebang hutan di Kabupaten Boven Digul, persis di utara Merauke sejak 1993 dan izin perkebunan kelapa sawit sejak 1998, dan kini sedang menjajaki area baru di selatan. Beberapa perusahaan lain yang dikaitkan dengan Korindo telah membuka perkebunannya.

Salah satu anak perusahaan, PT Dongin Prabhawa, adalah yang paling maju – telah memulai perkebunan kelapa sawit seluas 40 ribu hektar. Setelah mendapatkan semua perizinan yang diperlukan pada Agustus 2011, Korindo mengumumkan rencana untuk mengimpor tunas dari Papua Nugini dan melanjutkan dengan 5 ribu lahan baru per tahun.

Kelapa sawit juga dikembangkan di barat laut Kabupaten Merauke, dan Korindo pun terlibat di sana. Peran Korindo tidak sepenuhnya jelas. Ada tiga operator perkebunan yang aktif: PT Bio Inti Agrindo, PT Papua Agro Lestari, and PT Berkat Citra Abadi. PT Bio Inti Agrindo dimiliki oleh perusahaan Korea lainnya, Daewoo International, yang juga menjalankan PT Papua Agro Lestari. 

Kemungkinan Korindo yang memulainya sebelum melepasnya ke Daewoo3 . Laporan terakhir menunjukkan bahwa PT Berkat Citra Abadi (yang pastinya pernah dimiliki oleh Korindo) juga dijalankan dari gedung kantor yang sama. Kami masih belum mengetahui secara persis hubungan Korindo dan Daewoo, hingga belum bisa mengatakan siapa sebenarnya pemilik dari PT Berkat Citra Abadi.

Beberapa laporan mengindikasikan bahwa kelapa sawit yang dikembangkan oleh Korindo mungkin dimaksudkan untuk dijadikan bahan bakar, bukan untuk makanan.

Konsesi yang lebih kecil dekat kota Merauke seluasa 14 ribu hektar untuk kelapa sawit telah diberikan pada sebuah anak perusahaan Korindo, PT Indosawit Lestari. Dua lagi anak perusahaan, PT Balikpapan Forest Industries dan PT Inocin Kalimantan (kadang disebut Inocin Abadi), juga termasuk dalam daftar investor yang dirilis oleh Badan Promosi dan Investasi Merauke. Kedua perusahaan ini merencanakan pengembangan hutan kayu industri, bukan kelapa sawit. Akan tetapi, per Juli 2013, tidak ada tanda-tanda aktivitas dari kedua perusahaan ini selama dua tahun terakhir.

Cerita Masyarakat: Pada awal Juni 2011, PT Dongin Prabhawa telah menebangi hutan seluas 5000 hektar, dan di bulan Desember 2011 terdapat laporan bahwa 7000 hektar telah ditebang.

Mereka membayar masyarakat Desa Nakias sebesar Rp 54 juta sebagai kompensasi bagi kayu tapi angka ini berdasar pada estimasi sepihak perusahaan. Warga tidak diperbolehkan mengentahui metode kalkulasi, dan mereka tidak diberikan kompensasi lebih atas jenis kayu yang bernilai tinggi seperti merbau dengan nilai patokan pemerintah.

Berdasarkan perhitungan ini, satu meter kubik kayu dinilai setara dengan harga satu botol air mineral atau satu kilogram beras di pasar lokal. Tambahan lagi, nilai ini tidak memperhitungkan harga tanah, membuat warga kehilangan sumber penghidupan mereka.

Pada bulan Januari 2012, bupati setempat berusaha melakukan mediasi antara warga lokal dan PT Dongin Prabhawa, tapi ia mengatakan kesepakatan tidak mungkin terjadi karena warga lokal masih bersikeras menolak akses perusahaan ke tanah mereka.

Pada bulan Mei 2012, dilaporkan bahwa empat desa (Nakias, Tagaepe, Salamepe and Mbanomepe) tidak bersedia menjual tanah jika dibayar kurang dari Rp 100 juta (US$ 10 million), dengan asumsi perusahaan tidak akan bersedia membayar seharga itu. Sejak saat itu, informasi dari daerah terpencil ini sangat minim. Pada bulan Juli 2013, Desa Tagaepe masih bertahan dan menolak menjual, tapi diperkirakan desa-desa lain telah tunduk pada tekanan perusahaan.

Di area konsesi PT Berkat Citra Abadi, warga lokal protes pada bulan Agustus 2011 bahwa perusahaan ini telah membeli tanah di bawah harga wajar dari komunitas lokal, dengan membayar hanya Rp 70 ribu [$8] per hektar.

Pada Juli 2013, beberapa suku masih menolak untuk menjual tanah mereka, tapi PT Berkat Citra Abadi telah memulai persiapan lahan. Pada bulan Desember 2012, warga lokal yang dipekerjakan oleh perusahaan mengadu bahwa mereka hanya dibayar Rp 62 ribu per hari, upah yang amat rendah mengingat biaya hidup di pelosok Papua sangatlah mahal.

Konflik-konflik lain seputar Papua Barat dan Indonesia: Korindo telah beroperasi di Papua sejak 1993, ketika mendapatkan hutan produksi super luas 700 ribu hektar dan mendirikan pabrik pengolahan kayu. Korindo juga mengoperasikan salah satu kebun kelapa sawit terbesar di Kabupaten Boven Digul, berbatasan dengan Merauke, sejak 1998.

Pengalaman orang Papua dengan perkebunan Korindo di Boven Digul menunjukkan apa yang ditakutkan akan terjadi di Merauke yang letaknya berdampingan. Kompensasi yang dibayarkan jumlahnya sangat rendah sebesar $40-50 untuk setiap keluarga, dan penolakan desa-desa atas penebangan tidaklah berhasil. Tambahan lagi, konflik antar suku muncul untuk memperebutkan kepemilikan tanah yang mendapat kompensasi. Lebih-lebih lagi, hanya sekitar 10% dari pekerja Korindo yang orang Papua, sehingga semakin banyak ketidakpuasan.

Di tahun 2007, ada beberapa bentrok antara warga lokal dan pekerja, di mana seorang pekerja non-Papua tewas dan empat truk milik perusahaan terbakar.

Sebuah penyelidikan yang dilakukan oleh Justice, Peace and Integration Creation (JPIC) pada 2009 menemukan kaitan antara Korindo dengan militer.

Kepala keamanan Korindo berkebangsaan Korea, dan wakilnya adalah anggota militer aktif. Hal ini memicu kegelisahan warga lokal, karena anggota Kostrad pernah melakukan intimidasi, penyiksaan, dan bahkan membunuh warga lokal, termasuk seorang pekerja Korindo, Liborius Oka, pada 2005. Mereka juga menemukan dua belas pos dari Kopassus, Kostrad, dan Koramil, di wilayah konsesi Korindo. Anggota-anggota militer dituduh menjual alkohol secara ilegal dan perjudian. Penyelidikan yang dilakukan oleh Kontras di tahun 2004 menemukan bahwa di luar bisnis pribadi di bidang alkohol dan narkoba dan menjual barang-barang dari hutan seperti kulit buaya, cendrawasih, dan gambir, para anggota militer juga secara rutin menerima upah bulanan dari Korindo untuk pengamanan.

Rekam jejak lingkungan Korindo di Kalimantan juga banyak dikritik. Pada tahun 2004, sebuah laporan Greenpeace menuduh Korindo melakukan pembalakan liar, termasuk di daerah Taman Nasional Tanjung Puting.

Kaitan internasional: Kayu lapis dari pabrik-pabrik Korindo dipasarkan secara luas di seluruh dunia. Di Eropa, penyalur utama adalah sebuah perusahaan Belgia yang bernama Fepco. Divisi-divisi lain dari Grup Korindo punya kantor di Amerika dan Eropa Barat.

Alamat:

Wisma Korindo Building 9-15th Floor, JL. M. T. Haryono Kav. 62, Jakarta, 12780, Indonesia

Tel : 62 21 797 5959

www.korindo.co.id

Source of Writing: Muhamad Dwi Putra

Tidak ada komentar